Bab 04. Kita Yang Sedang Terluka (2)

384 26 6
                                    

Bab 04. Kita Yang Sedang Terluka (2)

"Aku ada di sini buat Kak Reiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku ada di sini buat Kak Reiga. Selalu..."

****

HARI ini Annavia tidak melihat kehadiran Reiga di kampus. Setelah mencari Reiga hampir di semua tempat yang sering Reiga datangi, Annavia pun nekat ke ruang Klub Fotografi untuk mencarinya. Tapi di sana, lagi-lagi ia tidak mendapati sosok Reiga. Selain di tempat kerja paruh waktunya, di tempat itulah Reiga banyak menghabiskan waktu.

Sejak semalam Reiga bahkan tidak menghubunginya. Annavia mencoba mengiriminya pesan teks, namun tidak ada balasan. Dan ketika Annavia mencoba untuk menelepon, nomor ponsel Reiga justru tidak aktif. Padahal hari ini Reiga sudah berjanji akan mengajaknya hunting foto. Annavia sudah kehabisan akal. Satu-satunya hal yang harus ia lakukan untuk memeriksa keadaan Reiga, Annavia harus menemuinya di rumah.

"Ngapain nongkrong di ruang fotografi?"

Alden tiba-tiba muncul dari belakang Annavia, dan membuat gadis bermata coklat itu sedikit terperanjat. Annavia berbalik, lalu memukul pelan dada Alden sebagai ganjaran karena telah mengagetkannya.

"Alden, demi apa! Lo ngagetin gue!! Lo juga ngapain tiba-tiba muncul di sini?!"

Pukulan kecil juga kemarahan yang diberikan Annavia padanya malah dibalas oleh tawa Alden yang entah kenapa terdengar kosong. Tidak lama kemudian, tawa Alden perlahan reda. Ia lalu melihat ruangan di depannya, dan perlahan mengingat pertengkarannya dengan Reiga semalam. Tadi ia hendak pergi ke ruang klub sinematografi ketika tanpa sengaja ia melihat sosok Annavia yang tampak kebingungan sendiri di depan ruang klub fotografi.

Kemudian Alden mengalihkan pandangannya pada Annavia yang tampak risau sembari terus mengecek ponselnya. Alden mencoba menghubungkannya hingga akhirnya mendapatkan jawaban kenapa Annavia bisa ada di tempat itu.

"Kak Reiga nggak kuliah hari ini," kata Alden datar.

"Kenapa?" Tanya Annavia refleks. Sinar matanya semakin memancarkan kecemasan, dan Alden bisa menangkap semuanya dengan sangat baik.

Setelah mendengarkan pertanyaan Annavia, Alden tampak bingung. Ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya.

"Semalem gue sama Kak Reiga—"

"Berantem?" Sela Annavia.

"Bisa tolong jangan potong pembicaraan gue dulu?"

"Ya udah, maaf. Lanjutin."

"Kak Reiga sepertinya masih belum bisa memaafkan masa lalu keluarga kami, gue nggak tahu apa yang harus gue lakuin untuk bisa sedikit saja meringankan luka di hatinya sekarang. Untuk itu..., gue bener-bener minta bantuan lo buat selalu ada di sisi Kak Reiga, karena..., karena cuma lo yang bisa lakuin itu." Nada bicara Alden pada kalimat terakhirnya terdengar agak berat. Seperti ada beban yang begitu berat di baliknya. Namun Annavia tidak menyadarinya.

Kutukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang