Bab 39. Titik Hancur

219 13 54
                                    

Bab 39. Titik Hancur

"Namun diam-diam dalam dirinya kini, keinginan untuk memiliki dan membahagiakan Annavia yang kemarin sempat ia kubur, sekarang timbul kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Namun diam-diam dalam dirinya kini, keinginan untuk memiliki dan membahagiakan Annavia yang kemarin sempat ia kubur, sekarang timbul kembali. Tekad itu menjadi semakin kuat, semakin liar, dan semakin tidak terkendali. Reiga benar-benar memastikan, bahwa tidak akan ada lagi kesempatan lainnya untuk Alden."

****

"ALDEN, dengerin gue baik-baik, dan jangan panik. Sekarang Via lagi di rumah sakit. Tadi sore, gue sama Yumi nemuin Via nyaris pingsan di kamar mandi karena pendarahan. Dokter bilang, janinnya tidak bisa diselamatkan."

Alden semakin mempercepat laju mobilnya saat ingatan suara Niskala yang berusaha untuk tetap tenang terbersit dalam pikirannya. Namun meski pun Niskala memintanya untuk tenang, Alden tetap tidak bisa menemukan situasi itu. Kepanikannya semakin mencekam dalam bilur-bilur sesal yang tak terelakkan. Perjalanan menuju rumah sakit yang hanya ia tempuh dalam waktu kurang dari sepuluh menit entah kenapa terasa sangat jauh sekarang.

Begitu sampai di rumah sakit, Alden langsung berlari menuju ruangan di mana Annavia dirawat. Setibanya di sana, Annavia sudah selesai ditangani. Niskala sengaja tidak langsung memberitahukan Alden untuk menghindari beberapa hal yang tidak diinginkan. Dan di sana tidak hanya ada Niskala dan Yumi saja, tapi juga ada Windy dan Nathan.

"Annavia ada di dalam. Dia sedang diperiksa." Terang Niskala saat melihat Alden yang tampak linglung sudah datang di antara mereka.

Dan tanpa ada yang memperhitungkan sebelumnya, Nathan yang memang sejak tadi dilingkupi kemarahan langsung saja menyambar Alden dengan sebuah pukulan yang sangat kuat.

"NATHAN!!" Pekik Windy kaget.

Tidak hanya Windy yang tampak kaget, tetapi Niskala dan Yumi juga sama kagetnya dengan Windy.

Namun alih-alih menghiraukan Windy, Nathan yang sudah kalap justru menarik kerah jaket Alden, memojokkannya di dinding dan kembali mendaratkan pukulan bertubi-tubi di sekitar wajah dan perutnya. Tetapi Alden tidak membalas. Ia merasa layak mendapatkannya. Selain itu, otak dan perasaan Alden terasa mati setelah mendengar kabar bahwa Annavia mengalami keguguran.

"Bisa-bisanya lo lakukan itu ke Via! LO BAJINGAN!! Lo nggak punya hati, nggak punya belas kasih!!"

Melihat keributan yang terjadi di depannya, Niskala langsung turut campur. Ia menahan tangan Nathan sambil dengan tegas berkata, "Nath, stop! Ini rumah sakit. Tahan emosi lo."

"Tapi, Bang. Brengsek ini—"

"Gue tahu! Gue juga sangat ingin membunuh Alden sekarang. Tapi apa gunanya? Itu nggak akan bikin keadaan membaik. Lagi pula, Alden juga pasti ngerasa terpukul sekarang, lo nggak perlu habis-habisin tenaga buat ngehukum dia."

Ketika Nathan mulai bisa mengontrol emosinya, kini giliran Yumi yang menghampiri Alden dengan kekecewaan penuh. "Apa yang ada di pikiran lo, Al? Kenapa tega sampai sejauh ini melukai Via? Dia sudah kehilangan Papa dan Mamanya, dan sekarang..." Yumi tidak kuasa melanjutkan perkataannya. Ia benar-benar sakit hati dan merasa muak melihat Alden sekarang.

Kutukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang