Bab 42. Life Must Go On
"Bersembunyilah sebaik mungkin, Via. Begitu aku menemukan kamu nanti, aku pastikan kamu tidak akan bisa lagi melarikan diri."
****
ALDEN membuka kedua matanya secara perlahan. Pemandangan pertama yang tertangkap olehnya adalah nuansa putih yang semula terlihat samar, kini semakin jelas. Memorinya pun bergulir menuju ingatan terakhirnya pada kecelakaan yang dialaminya. Untuk sejenak Alden mendesah saat tiba pada satu kesimpulan; bahwa dia sudah mati.
Alden ingat betul, di sisa kesadaran terakhirnya pada malam kecelakaan itu, dia memohon kepada Sang Pemilik Kehidupan untuk tidak buru-buru mengambil nyawanya, karena dia ingin melihat Annavia sekali lagi. Tapi, di sinilah Alden sekarang. Di batas antara...
"Alden, kamu sudah sadar, Nak?"
Suara itu milik Mamanya. Tunggu dulu... Apa Alden?
Kepala Alden yang sejak tadi tegak menghadap tembok, sekarang secara perlahan menoleh ke samping dan menemukan sosok Mamanya yang sedang menatap dirinya seraya berurai air mata. Ada satu kelegaan dari Mamanya yang dapat Alden lihat meski kesadarannya belum sempurna.
"Ma—Mama?" Lirih Alden pelan.
Alden merasa tenggorokannya tercekat dan membuatnya kesulitan untuk mengeluarkan suara.
"Papa, Rei... Alden sudah sadar." Tangis Faradina pecah.
Tidak lama kemudian, Reiga dan Papanya mendekat pada Alden. Saat itu, Alden dapat melihat Reiga berdiri di hadapannya dengan wajah cemas yang tidak kalah leganya dengan kedua orang tuanya.
Alden tidak yakin apa yang berikutnya terjadi, tetapi ia dapat melihat seorang Dokter dan dua orang perawat datang setelahnya lalu memeriksa kondisinya. Setelah melakukan pemeriksaan, Dokter menyampaikan bahwa keadaan Alden baik-baik saja, semua alat medis yang menempel di tubuh Alden pun sudah dilepaskan. Namun untuk beberapa hari ke depan Dokter akan tetap memantau kondisinya hingga memastikan bahwa Alden benar-benar pulih.
"Apa yang terjadi?" Tanya Alden pada kedua orang tuanya dan juga Reiga.
Setelah mengalami kecelakaan mobil yang nyaris merenggut nyawanya, Alden mengalami koma selama satu bulan lamanya. Namun hari ini, satu keajaiban akhirnya terjadi berkat perjuangan pantang menyerah yang dilakukan oleh keluarganya. Alden sadar dari komanya. Tetapi tentu saja, Alden yang kehilangan kesadarannya selama satu bulan tidak merasakan bahwa waktu sudah berjalan selama itu. Alden hanya merasa bahwa kecelakaan yang dialaminya itu terjadi dalam semalam. Ia tidak tahu, bahwa ia butuh waktu yang cukup lama untuk mendapatkan kesadarannya kembali.
"Setelah kecelakaan itu, kamu koma selama satu bulan, Alden." Ucap Sadewa dengan wajah kuyu. Pria yang biasanya tampak kuat itu seolah kehilangan kekuatannya selama Alden tidak sadarkan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomansaAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...