Bab 62. Berdamai Dengan Masa Lalu
"Aku merindukan kamu, Alden. Setiap nafas yang aku hela selama tiga tahun tanpa kamu, terasa sangat menyakitkan buat aku. Sekarang aku ingin bernafas, aku nggak mau melepaskan atau pun kehilangan kamu lagi. Meninggalkan kamu saat itu adalah hal paling mengerikan yang pernah aku lakukan."
****
"SAAT dulu lo koma selama satu bulan, nggak sehari pun Via meninggalkan elo, Al. Dia selalu ada di samping lo, hampir setiap hari dia menangis dan berdoa untuk kesembuhan lo."
Perkataan Yumi padanya siang tadi perihal Annavia terus berpendar di kepala Alden hingga semakin membuat sesalnya bertumpuk. Tidak hanya itu, tudingan yang ia lemparkan pada Annavia saat mereka pertama kali bertemu setelah berpisah selama tiga tahun, juga menyapa memorinya.
"Apa kamu bahkan tahu apa yang aku alami setelah kamu pergi? Aku kecelakaan dan aku koma selama sebulan lamanya. Dan alasan kenapa aku lolos dari kematian saat itu adalah, karena aku masih ingin melihat kamu, aku masih ingin perbaiki semuanya bersama kamu. Tapi kamu nggak ada buat aku saat itu."
Alden memukul-mukulkan tangannya di atas meja dengan pandangan kosong. Semua kebencian dan sakit yang ia rawat untuk Annavia selama tiga tahun lamanya, kini seolah menjadi bumerang baginya. Ia sudah sampai pada titik di mana ia bahkan sudah tidak bisa lagi mengeluarkan air matanya.
"Bodoh! Elo bener-bener bodoh, Alden!! Gimana bisa lo mengatakan hal semenyakitkan itu sama Via?!" Rutuk Alden pada dirinya sendiri.
Beberapa saat setelah itu ponselnya tiba-tiba bergetar. Alden pun segera meraih ponselnya dan melihat nama Annavia tertera di layar. Selepas menghela nafas, Alden menerima panggilan itu, dan meletakkan ponselnya di telinga.
"Al, kamu dari tadi nelepon, ya? Maaf aku nggak tahu. Ponsel aku mati sejak siang, dan aku lupa bawa charger, untung aku sama Rafli tadi, jadi aku—"
"Kamu sekarang di mana, Vi?" Tanya Alden dengan dingin.
"Alden, kamu marah? Aku, kan, udah minta maaf..."
"Via, jawab aku! Sekarang kamu lagi di mana?" Ulang Alden masih dengan nada yang sama.
"Aku udah di apartemen. Tadi Rafli langsung nganterin aku pulang."
Tanpa mendengarkan Annavia lebih jauh lagi, Alden langsung mematikan sambungan teleponnya terlebih dulu. Dengan gerak cepat Alden menyambar kunci mobilnya di atas meja, lalu bergegas keluar hendak menyusul Annavia di apartemennya. Alden bahkan sama sekali tidak menghiraukan Bagas yang saat itu akan menyerahkan beberapa berkas yang harus dia tanda tangani. Dalam kepala Alden sekarang, dia harus segera bertemu dengan Annavia.
Alden tiba di apartemen Annavia sepuluh menit kemudian. Saat Annavia membukakan pintu untuknya, raut bersalah di wajah Annavia langsung menyambutnya.
"Al, ka—kamu bener-bener marah, ya?" Ringis Annavia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomanceAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...