Bab 21. Janji Sepotong Permen Karet
"Mulai sekarang gue akan jadi satu-satunya yang menyukai lo, gue akan terus menempel sama lo kayak permen karet sampe lo bosen sama gue, gue akan jadi orang yang mengejar-ngejar lo. Mulai sekarang, gue akan menikmati perasaan bertepuk sebelah tangan ini tanpa komplain. Kalau ini adalah resiko yang harus gue tanggung untuk tetap bisa menyukai lo, gue akan menerimanya.
****
MENGINGAT perkataan Annavia yang terus-terusan memintanya untuk tidak menyakiti Safira, membuat Nathan harus dengan terpaksa selalu mengatakan "iya" pada setiap ajakan Safira. Annavia memang pernah memperingatkan Nathan untuk berterus terang kalau memang dia tidak memiliki perasaan apapun pada Safira, tapi melihat bagaimana gadis itu selalu bersikap baik, dan kerap kali menatapnya dengan pandangan mata polosnya membuat Nathan tidak tega untuk menyampaikan yang sebenarnya.
Lagipula selama ini pun, Safira tidak pernah secara langsung menyatakan perasaannya pada Nathan, jika Nathan langsung berterus terang, maka hal itu hanya akan membuatnya terkesan terlalu percaya diri nantinya.
Hari itu masih sama seperti hari-hari sebelumnya. Nathan datang ke kampus Safira untuk menjemput gadis itu bahkan ketika Safira tidak memintanya. Menjemput Safira jika ia memiliki waktu kosong seperti sudah menjadi kebiasaan bagi Nathan. Dan dia melakukannya tanpa permintaan, apalagi paksaan dari Annavia.
"Fira! Fira!!" Panggil seorang laki-laki sambil berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Safira yang saat itu sedang berjalan menuju parkiran.
Melihat siapa yang memanggilnya, Safira langsung memutar kedua bola matanya jengah. Laki-laki itu adalah Rafael, kakak tingkat Safira di jurusannya yang sudah mengejar Safira sejak ia menjadi mahasiswa baru di kampus itu.
Safira sudah menolaknya berkali-kali, tapi Rafael terus saja mengejarnya dan bahkan terkesan memaksakan kehendaknya pada Safira.
"Hari ini pulang sama gue, ya, Fir?" Ucapnya setelah tiba di hadapan Safira.
"Duh, Kak Rafa, maaf. Tapi gue udah ada yang jemput." Tolak Safira dengan sopan.
Saat itu ia bahkan belum tahu kalau Nathan memang sudah menunggunya di dalam mobil, dan sedang diam-diam memperhatikannya.
"Kenapa lo selalu nolak gue sih, Fir? Lo pikir gue bakalan ngelakuin hal yang aneh-aneh ke elo?"
"Kak Rafa, nggak gitu maksud gue. Tapi—"
"Ya udah, kalau gitu lo pulang sama gue." Potong Rafael sambil meraih salah satu tangan Safira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomansaAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...