Bab 46. Kamu Bilang TEMAN?
"See? Aku nggak mungkin menang kalau kamu memilih untuk bersembunyi."
****
Beberapa Jam Sebelumnya"KAK Rei lagi di mana? Udah berangkat ke hotel?" Tanya Annavia melalui sebuah sambungan telepon.
Saat itu, Annavia sedang menyetir sendiri hendak menuju kediaman Reiga untuk mengambil bukunya yang kemarin tertinggal.
"Iya. Aku udah di hotel, nih." Jawab Reiga.
"Ya udah, aku mampir ke rumah sebentar nggak apa-apa, ya? Itu buku perpustakaan soalnya. Hari ini juga harus aku balikin."
"Tapi, Vi..." Nada suara Reiga terdengar ragu.
"Kenapa?"
Reiga tidak langsung menjawab. Ia seperti sedang menimbang sesuatu. Sementara Annavia menunggunya dengan sabar.
"Alden sekarang lagi di rumah. Tadi jam tiga pagi baru sampai."
Jantung Annavia berdetak cukup keras. Dalam hitungan detik, kedua kaki dan tangannya seakan mati rasa. Fokusnya juga tiba-tiba hilang hingga tanpa sadar ia menepikan mobil yang ia kendarai dan berhenti untuk sejenak. Deru nafas Annavia terdengar kuat saat keterkejutan dan ketakutannya beradu padu menyerangnya.
"Via! Kamu baik-baik saja?" Ujar Reiga panik.
"ANNAVIA?" Panggil Reiga lebih keras saat tidak terdengar jawaban dari Annavia.
Di saat itu juga, Annavia langsung mendapatkan kesadarannya kembali.
"I—Iya, Kak Rei. Aku nggak apa-apa. Jangan khawatir." Jawab Annavia buru-buru sebelum kepanikan Reiga semakin menjadi-jadi.
"Ya, sudah. Kalau kamu nggak bisa ke rumah, biar aku suruh orang saja buat nganterin buku itu."
Annavia memejamkan kedua matanya, menarik nafas pelan untuk menenangkan jantungnya yang terus saja berdetak dalam pacu melebihi normal. Setelah mendapatkan ketenangannya kembali, Annavia berkata, "nggak perlu, Kak Rei. Biar aku ambil sendiri saja. Lagi pula ini masih jam sembilan lewat dua puluh menit. Alden masih belum akan bangun sekarang."
Annavia mengucapkannya tanpa sadar. Meski otaknya tidak menginginkannya, tetapi hatinya mengingat setiap kebiasaan Alden dengan baik. Alden selalu begitu, jika ia sudah melalui perjalanan panjang di malam harinya, Alden akan tertidur cukup lama pada pagi harinya. Dan ia baru akan bangun saat waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat. Kebiasaan Alden itu bahkan sudah Annavia hafal di luar kepala.
Reiga terdiam lagi. Kali ini lebih lama dari sebelumnnya. Hatinya tersentil saat tahu bahwa Annavia masih mengingat kebiasaan Alden hingga sedetail itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomanceAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...