Bab 22. Hide and Seek
"Jangan ngehindar lagi. Nanti aku kangen."
****
"SETELAH matahari terbit, gue tahu gue akan menyesali apa yang akan gue katakan sama lo sekarang. Tapi gue nggak peduli, jika itu karena lo, gue akan menyesal berkali-kali dan mengulanginya."
"Mulai sekarang gue akan jadi satu-satunya yang menyukai lo, gue akan terus menempel sama lo kayak permen karet sampe lo bosen sama gue, gue akan jadi orang yang mengejar-ngejar lo. Mulai sekarang, gue akan menikmati perasaan bertepuk sebelah tangan ini tanpa komplain. Kalau ini adalah resiko yang harus gue tanggung untuk tetap bisa menyukai lo, gue akan menerimanya."
"Alden... gue cinta sama lo."
"Alden... gue cinta sama lo."
"Alden... gue cinta sama lo."
Annavia langsung terbangun dari tidurnya dengan perasaan malu becampur kesal. Sudah berhari-hari yang lalu sejak ia melakukan pengakuan pada Alden, tapi setiap kata yang ia ucapkan pada pemuda itu, masih selalu menghantui pikirannya siang dan malam. Perkataannya sendiri, bahkan telah menghantuinya sampai ke alam mimpi.
Persis seperti yang ia katakan pada Alden. Annavia benar-benar menyesal sekarang. Dia merasa seperti idiot yang menyedihkan.
"Arrrghhh! Annavia Diatara Adhitama!!! Kenapa lo harus mengatakan hal yang menggelikan itu sama Alden? Bego! Bego! Bego! Lo harusnya langsung aja nyebur ke laut waktu itu!!" Erang Annavia sambil menendang-nendangkan kakinya di dalam selimut.
Efek dari hal memalukan itu, ia bahkan harus menghindari Alden selama berhari-hari karena merasa malu. Annavia kemudian bangkit dari posisi tidur dengan wajah kuyu. Ia lalu tanpa ampun memukul-mukul kepalanya sendiri sambil terus merutuki diri. Wajah dan rambutnya sama berantakannya sekarang.
"Mati aja lo! Mati! Mati! Mati! Nggak ada gunanya lo hidup!" Rutuk Annavia tanpa henti.
Sialnya lagi, saat Annavia baru saja menuruni anak tangga, ia harus berhadapan dengan sosok Alden yang selalu ia hindari itu. Karena di ruang tengah sana, tampak Alden yang sedang bermain catur bersama Papanya. Annavia menepuk keningnya dengan mata terpejam. Dan saat ia hendak kembali ke kamarnya untuk melarikan diri, Mamanya tiba-tiba saja datang dari arah dapur.
"Kamu udah bangun, Vi? Cepet cuci muka. Kita sarapan bareng."
Annavia meringis. Mamanya ini benar-benar tidak paham kondisi.
Dengan perlahan, Annavia berbalik, dan tatapan matanya langsung bersibobrokan dengan kedua mata Alden yang saat itu sedang melihat ke arahnya dengan seulas senyuman manis di wajah. Alden bahkan melambaikan tangannya dengan satu seringai seolah berkata; "ketangkep lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomansaAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...