Bab 61. Tentang Sebuah Kepercayaan

123 9 0
                                    

Bab 61. Tentang Sebuah Kepercayaan

"Gue sebenernya takut banget, Yum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue sebenernya takut banget, Yum. Tapi gue nggak mau ngulang kesalahan yang sama. Dulu, gue selalu nggak bisa ngasih kepercayaan buat Via. Bahkan setelah kami bertemu kembali setelah berpisah selama tiga tahun, gue langsung menghakimi dia seenaknya dan membenci dia. Gue nggak mau lagi jadi Alden yang egois. Tapi nggak tahu kenapa... hati gue nggak bisa tenang sejak tadi, Yum."

****

"KAK Reiga kemarin ada pertemuan di Clover Leaf Harsa. Sebelum itu, Kak Reiga memang sudah terlihat nggak fit sejak lo pergi. Apalagi selama beberapa hari terakhir ini, Kak Reiga terus memporsir diri. Dia bahkan bisa pergi ke luar negeri selama dua hari berturut-turut. Dan kata Sekertarisnya, Kak Reiga jatuh sakit. Dia nggak mau dibawa ke rumah sakit, dan lebih memilih beristirahat sementara di penthouse Clover Leaf. Kak Reiga juga nggak mau pulang ke rumah, karena takut Alden dan Mamanya akan khawatir."

Itulah penjelasan Windy melalui telepon beberapa saat yang lalu. Suara Windy saat menjelaskan hal itu pada Annavia pun terdengar sangat khawatir. Windy bahkan beberapa kali seperti memastikan agar Annavia benar-benar datang untuk setidaknya menemui Reiga satu kali saja.

Annavia mempercepat laju kendaraanya. Sekitar lima belas menit kemudian tibalah Annavia di Clover Leaf Hotel, tempat di mana Reiga mendekam selama beberapa hari karena jatuh sakit. Begitu tiba Annavia langsung memencet tombol bel dengan perasaan waswas, tidak berselang lama, Reiga yang saat itu terlihat pucat dan lemah membukakan pintu untuknya.

"Vi, kamu sudah dateng?"

"Cepat bersiap-siap! Kita harus ke rumah sakit. Kalau nggak, aku akan telepon Alden." Ancam Annavia dengan serius sambil berjalan melewati Reiga dan masuk begitu saja.

Sebelum Annavia masuk lebih dalam lagi, secara tiba-tiba ia merasakan Reiga menahan pergelangan tangannya. Annavia membeku untuk beberapa detik, sebelum akhirnya berbalik secara perlahan, dan melihat Reiga yang ketika itu sedang menunduk seraya menggenggam tangannya erat-erat. Karena itu, Annavia dapat merasakan panas yang memancar dari sekujur tubuh Reiga.

Reiga benar-benar sedang kesakitan!

"Aku udah agak mendingan, Vi. Kita nggak perlu ke rumah sakit."

"Lalu jangan bikin gue khawatir sama elo, Reiga!"

"Vi?"

Reiga tersentak ketika mendengar Annavia berbicara dengan cara seperti itu padanya. Bertahun-tahun yang lalu, ketika Reiga sempat ingin mengakhiri hidupnya dan Annavia datang menyelamatkannya, Annavia juga berbicara dengan cara seperti itu padanya, dan memanggil Reiga hanya dengan namanya tanpa embel-embel "Kak" seperti yang selalu dilakukannya.

Dan Reiga tahu betul, bahwa jika Annavia sudah berbicara dengan cara seperti itu padanya, itu berarti Annavia sudah benar-benar lelah dan putus asa.

"Kak Rei bilang mau lihat aku bahagia. Tapi kenapa Kak Rei justru menyiksa diri seperti ini? Bagaimana bisa aku bahagia, sementara Kak Rei jatuh sakit begini?" Ucap Annavia dengan suara parau. Kedua matanya memerah menahan air mata saat melihat kondisi Reiga.

Kutukan Cinta PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang