Bab 40. Fade Away
"Aku terbangun dalam keadaan remuk pada suatu pagi yang kelam, lalu tiba-tiba aku sudah kehilangan segalanya. Aku menangis bisu tanpa air mata dengan luka lebam di jantung. Sulit bagiku bahkan untuk sekedar bernafas. Lalu, seperti mimpi yang kemudian lenyap saat aku terjaga, semuanya menghilang. Kehidupanku yang sempurna, juga... kau."
****
OBROLAN antara Annavia, Nathan, dan Safira langsung terjeda saat Alden tiba-tiba memasuki ruangan Annavia. Mereka dengan serentak melihat ke arah pintu. Ketika Nathan dan Safira tampak terkejut dengan kedatangan Alden, Annavia justru terlihat biasa saja. Ia seperti sudah tahu bahwa Alden akan datang.
Ini adalah hari kedua Annavia di rumah sakit, keadaannya sudah cukup membaik meski pun ia masih kesulitan bergerak. Dokter juga mengatakan bahwa dia bisa pulang hari ini dan dapat melanjutkan perawatan di rumah. Namun karena Niskala yang seharusnya mengurus semuanya sedang sibuk dengan pekerjaannya, Annavia akhirnya mengundur waktu kepulangannya. Alhasil dari pagi tadi, Mbak Sukma lah yang menjaga Annavia. Barulah ketika Nathan dan Safira datang pada sore harinya, Mbak Sukma kembali ke rumah.
Dan selama dua hari ini juga, hubungan antara Alden dan Nathan yang memang agak dingin sejak kematian kedua orang tua Annavia kini semakin merenggang. Alih-alih saling menyapa, Nathan bahkan enggan menatap Alden.
"Ngapain dia di sini?" Tanya Nathan pada Annavia dan Safira, terserah siapa saja yang mau menjawab, asal jangan Alden. Karena jika Alden yang menjawab, Nathan tidak yakin bisa mengontrol amarahnya lagi.
"Gue yang minta Alden dateng. Sekarang kalian boleh pergi. Gue mau sama Alden dulu." Ujar Annavia tanpa melepaskan tatapannya dari Alden.
Dan dapat Alden tangkap, bahwa Annavia berusaha menatapnya dengan hangat. Hal itu pun tak pelak membuat Alden menerka makna di balik tatapan yang terkesan sangat 'diusahakan' oleh Annavia itu.
"Tapi, Vi—" Nathan berusaha membantah, tetapi Safira langsung menggenggam tangannya untuk menenangkan emosinya yang mulai terpancing.
"Kita pulang aja, Nath. Lagian, udah dari sore kita di sini. Biarkan Alden mengambil gilirannya."
Nathan pun luluh. Ia juga tidak bisa mengelak, bahwa jauh di dasar hatinya yang terdalam, Nathan memang mengizinkan kedua orang bodoh ini untuk bersama. "Ya udah, gue pulang. Tapi kalau sampe brengsek itu bikin lo nangis lagi, gue pastiin gue akan menghabisi dia." Sinis Nathan.
"Jangan khawatir," ucap Annavia singkat dengan seulas senyuman manis di wajahnya.
Begitu Nathan dan Safira sudah meninggalkan mereka hanya berdua saja dalam ruangan itu, Annavia langsung mengulurkan tangan kanannya, memberikan isyarat agar Alden mendekat padanya. Dan Alden langsung menghela nafas penuh kelegaan begitu sepasang matanya menangkap cincin pertunangan mereka yang ternyata masih melingkar di jari manis Annavia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomanceAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...