Alden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Annavia sangat mencintai lo. Tolong, jangan sia-siakan kesempatan yang sekarang lo punya. Karena untuk berikutnya, kalau lo mengulang kesalahan yang sama lagi, gue nggak yakin kalau kesempatan seperti ini masih ada buat lo."
****
REIGA baru saja keluar dari salah satu kamar yang ia tempati di apartemen Alden, ketika tanpa sengaja ia melihat Alden yang saat itu sedang duduk sendiri di meja makan sambil meminum wine. Malam itu, Reiga memang memutuskan untuk menginap di apartemen Alden.
Reiga yang awalnya ingin mengambil minum di dapur langsung mengurungkan niatnya dan menghampiri Alden. "Lo belum tidur?" Tanyanya basa-basi.
Alden menoleh dan tersenyum begitu manis pada Reiga. Saat itu Reiga tahu, bahwa Alden sudah berada di bawah pengaruh alkohol. Dan itu pasti karena pertengkarannya dengan Annavia tadi. "Eh, ada Kakak gue. Kakak kesayangan gue..."
Reiga mendenguskan tawanya. Jujur saja, Alden terlihat menggemaskan sekarang. "Ayo tidur. Udah larut malam, nih. Besok lo kerja."
Saat Reiga akan berlalu dari samping Alden, tiba-tiba saja Alden memeluk tangan kanan Reiga dan menyandarkan wajahnya dengan nyaman di bahu Reiga. "Kak Rei, maafin Al, ya? Gara-gara Al lahir, Kak Rei jadi banyak menderita. Maafin Al, karena kelahiran Al, Kak Rei jadi kehilangan Mama Shinta."
Seketika Reiga terenyuh. Perkataan Alden entah dengan cara apa telah berhasil menyentuh titik yang paling membuatnya terluka. Tidak, Reiga tidak pernah menyimpan dendam apapun pada Alden sejak awal. Dia hanya tidak tahu bagaimana cara bersikap pada Alden, atau bagaimana cara menunjukkan kasih sayangnya sebagai Kakak pada Alden. Itulah kenapa pada akhirnya ia selalu bersikap dingin pada Alden, dan seakan membentang sekat yang begitu tebal di antara mereka.
Namun, bagaimana pun menyakitkannya keadaan mereka, tidak sekali pun Reiga pernah berpikir bahwa dia membenci Alden, seperti dulu dia pernah menyimpan kebencian yang begitu mendalam pada Papanya, juga pada Mama Alden.
"Dan Al minta maaf juga sama Kak Rei..."
"Al, lo udah mabuk. Sekarang mending lo tidur." Sela Reiga.
"Al minta maaf, karena Al... nggak pernah bisa lepasin Via buat Kak Rei. Bertahun-tahun Al coba, tapi gagal..." Suara Alden terdengar lemah dan putus asa.
Senyap.
Itu ucapan terakhir Alden sebelum akhirnya ia tidak terdengar bersuara lagi. Yang terdengar hanya suara desauan nafasnya yang teratur.
Reiga yang sejak tadi hanya menyimak, kini mulai bergerak. Ia mengambil gelas di tangan Alden, menuangkannya dengan wine, lalu meminumnya dalam sekali teguk. Pandangan matanya tampak menelisik.
"Maafin gue juga, Al... karena sampai sekarang, gue belum sepenuhnya merelakan Via buat lo."