Bab 63. Suatu Hari, Saat Kita Sudah Sama-sama Dewasa
"Secara tersirat mereka sudah sama-sama sepakat; untuk meninggalkan semua masa lalu yang menyakitkan jauh-jauh di belakang."
****
KETIKA Alden membuka mata di pagi harinya, orang pertama yang dilihatnya adalah Annavia. Dan untuk seterusnya, wajah Annavia akan selalu menjadi wajah pertama yang akan menyambutnya saat ia terbangun dari tidurnya.Alden yang pada awalnya merasa terkejut saat melihat Annavia yang tiba-tiba sudah berada dalam pelukannya pagi itu, langsung berbisik pelan di depan wajah Annavia, "kamu kapan datengnya, Sayang? Hm?"
Annavia melenguh pelan, lalu membenahi posisinya dalam dekapan Alden. "Tadi shubuh. Aku semalem nggak bisa tidur karena kangen kamu."
Alden terkekeh. Semalam, saat mereka berpisah setelah berolahraga malam di Marvi River, Annavia memang terlihat berat membiarkan Alden pulang. Sejujurnya, Alden juga ingin tetap bersama Annavia sepanjang malam. Tetapi sekali lagi, mereka sudah sama-sama sepakat untuk tidak mengulang lagi kesalahan serta kekhilafan yang mereka lakukan di masa lalu.
Toh, sebentar lagi mereka akan menikah. Setelah itu, tentu mereka bisa kembali tinggal dalam satu atap dan tidak perlu lagi merasa takut akan mengulangi kesalahan yang sama. Mereka hanya perlu bersabar sebentar lagi.
Perhatian Alden pun kemudian teralihkan pada kalung clover yang dulu pernah diberikannya sebagai kado ulang tahun Annavia enam tahun yang lalu. Alden tersenyum, setelah tahun demi tahun terlewatkan dia akhirnya bisa melihat kembali kalung pemberiannya bertengger di leher wanitanya itu.
"Wah, kamu masih simpen kalung ini?" Tanya Alden dengan suara seraknya.
"Tentu aja masih aku simpen." Jawab Annavia singkat.
Alden pun mendaratkan satu kecupan di dahi wanitanya sambil dalam hati bersyukur sebab kini Annavia sudah benar-benar pulang padanya.
Di masa lalu, Alden pernah menyesali kelahirannya yang menjadi awal dari semua derita yang musti Reiga tanggung. Namun, begitu Annavia hadir di hidupnya sebagai sahabat sekaligus cinta pertamanya, Alden merasa bahwa kelahirannya tidak begitu sia-sia. Annavia menjadikannya berharga.
Alden tersenyum, lalu menarik wanita itu untuk lebih masuk ke dalam dekapannya. Memeluk bahunya dan kembali mendaratkan kecupan di puncak kepalanya. Untuk sejenak Annavia melenguh lagi. Ia kemudian mengetatkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang milik Alden yang selalu menjadi 'tempat' ternyaman bagi Annavia.
"Alden, ayo tidur lebih lama lagi!" Gumam Annavia dengan suara seraknya setelah memposisikan dirinya dalam pelukan Alden.
Alden tidak langsung menjawab, ia hanya membenahi selimut tebal yang menutupi tubuh mereka dan kembali memejamkan mata. "Terima kasih karena sudah terlahir ke dunia ini untuk aku, Vi." Bisik Alden tepat di telinga Annavia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomanceAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...