Bab 15. Rest
"And they can't understand, what hurts more— Missing the other person, or pretending not to."
― Khadija Rupa
****
SETELAH seminggu berlalu semenjak pertengkarannya dengan Alden, Annavia benar-benar merasa kehilangan nafsu makannya. Patah hatinya kali ini lebih parah dari saat Alden memutuskan hubungan mereka secara tiba-tiba dua tahun yang lalu.Sejak mereka putus, ini adalah pertengkaran paling serius yang terjadi di antara mereka. Alden yang selalu menatapnya dengan lembut itu telah berubah menjadi orang lain, seseorang yang tidak pernah Annavia kenal sebelumnya.
Perih di hatinya semakin bertambah saat secara tidak sengaja Annavia melihat langsung bagaimana kedekatan antara Greeta dengan Mama Alden saat dia berkunjung ke rumah Alden beberapa hari yang lalu. Mereka tampak akrab bercengkrama di halaman depan rumah Alden sambil merangkai bunga dan minum teh bersama.
Annavia tahu bahwa tidak seharusnya ia merasakan hal semacam ini, namun tetap saja Annavia merasa tidak rela melihat Greeta mengambil 'tempat' yang selalu menjadi miliknya itu. Apabila Greeta tidak tiba-tiba muncul di antara dirinya dan Alden, tentu Annavia tidak perlu membagi tempatnya untuk gadis itu.
Dan hari ini, Annavia memaksakan dirinya pergi ke kampus. Mamanya sudah melarang dan memintanya untuk beristirahat saja di rumah, tetapi Annavia nekat. Katanya ada tugas yang harus ia antarkan hari ini. Lalu, ketika Mamanya mengatakan akan menelepon Alden untuk memintanya menjemput Annavia, Annavia buru-buru menolak dan memberikan alasan sebisanya. Tentu bukan hal yang menyenangkan kalau orang rumahnya tahu bahwa ia sedang bertengkar dengan Alden sekarang.
"Vi, lo masih sakit? Kalau masih sakit kenapa masuk?" Tanya Yumi dengan cemas saat melihat Annavia yang berjalan sendirian di loby kampus dengan langkah gontai. Wajahnya pun terlihat sangat pucat.
"Ada tugas yang harus gue anterin, Yum. Hari ini deadline-nya," jawab Annavia. Nada suaranya terdengar lemah. "Lagian gue udah agak mendingan kok." Annavia melanjutkan.
"Agak mendingan gimana? Muka lo pucet banget, Viaaa." Ujar Yumi tidak terima.
"Gue nggak apa-apa, Yumi. Udah, nggak usah cemas gitu." Pungkas Annavia, berusaha terlihat baik-baik saja.
Yumi pun mengapit lengan Annavia dan mengarahkannya ke kafetaria kampus. Apapun yang terjadi, hari ini Yumi akan memaksa Annavia untuk memakan sesuatu.
"Yum, gue harus pulang."
"Makan dulu!"
"Gue lagi nggak nafsu."
"Gue nggak mau tahu." Jawab Yumi keras kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cinta Pertama
RomanceAlden layaknya seorang penyihir jahat, yang berhasil melepaskan kutukannya pada Annavia- sang mantan pacar, sekaligus sahabatnya sejak masih kecil. Mereka pernah menjalin hubungan semasa SMA, tapi tiba-tiba saja putus karena Alden secara terang-tera...