🔹02🔹 Precious

1.8K 81 4
                                    

🔹02🔹
Precious
.
.
.


Manik tajam itu mengedar ke ruangan besar yang baru saja ia pijaki. Ia melangkah masuk lebih jauh lagi menyusuri ruangan dengan sofa sofa empuk di sana, juga karpet bulu agar kediaman itu semakin nyaman. Ada layar televisi besar yang turut melengkapi isi ruangan.

Tapi bukan itu tujuannya menelisik tiap sudut tempat ini. Melainkan keadaan yang seperti tidak berpenghuni. Alisnya terangkat sebelah-mengernyit heran.

Sepi, dimana para readersnya huh?

Langkah Ara berlanjut lagi, tepatnya menuntun ke sumber makanan. Dan dibalik pintu kulkas yang tengah terbuka ternyata ada satu sosok yang sangat ia kenal. Ara dekati dan duduk di kursi meja makan.

"Lama ngga ke sini hm?"

Bukan hal aneh jika kedatangannya mudah terdeteksi meski Ara sudah nyepi (maksudnya tanpa suara). Tawa Ara berhasil pecah sebentar, terdengar sangat renyah. "Lama? Oke, besok-besok gue hiatus sebulan."

"Hm, gue kurung lo di kamar." Ucapnya menyeringai samar, ia tau Ara tidak serius.

"Biar apa? Lo suruh gue ngepet?" Kekehnya ringan lalu mereda mengingat kondisi rumah ini. "Kok sepi ya Ka?"

"Lagi pada di loteng." Jawab cowok yang Ara panggil Ka. Tapi kenalkan, namanya adalah Xander, cowok yang sempat bertemu Ara tadi pagi di area ruang pengajar SMA Gemstone.

Ara hanya mengangguk. Tangannya terulur mengambil kotak makanan berisi Fudgy brownies dari dalam kulkas.

Ia kemudian duduk di salah satu kursi meja makan, kakinya tersilang anggun saling menumpang dengan kedua sikut di atas meja dan mulai menyuapi brownies ke mulutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia kemudian duduk di salah satu kursi meja makan, kakinya tersilang anggun saling menumpang dengan kedua sikut di atas meja dan mulai menyuapi brownies ke mulutnya.

"Nanti malem ada jadwal?" Xander menggenggam segelas minuman segar. Ia juga duduk di kursi yang letaknya bersebrangan dengan Ara. Gadis itu menggelengkan kepala.

"Terus kenapa ga ikut kita?"

"Kalo night ride nya sampe alam baka gue ikut. Siapa tau ketemu jodoh." Jawabnya enteng dan mengundang delikan dingin Xander.

"Mau ke Koh Abi."Lanjut Ara langsung meralat dan tetap asik ke brownis nya.

"Lebih milih Koh Abi dari pada kita?" Tatapnya intens meminta jawaban.

Lagi, tawa Ara pecah sesaat. "Ya, duda lebih menggoda."

Ara suka menjahili Xander saat cowok itu mode serius seperti ini. Dan di posisi Xander, ia hanya bisa menghela napas sesabar mungkin.

"Ngga gitu, Ka. Koh Abi mau kasih laporan." Ralat Ara lagi yang kali ini jawabannya nyambung.

"Jadi, rutin lagi di Kafe?"

"Ehem,." Angguknya pelan satu kali. "Gue juga udah lama ngga kesana, sekalian mau ketemu Fidel."

Tidak susah menemukan raut bersahabat Ara disini, walaupun senyum yang mereka tahu, selalu ada rasa pedih melekat di mata dan tawa kecilnya. Tidak apa, mereka mengerti itulah kondisi terbaik Ara, dan itu sudah sangat membuat mereka hangat.

QUEEN-ZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang