🔹34.2🔹
Curhat.
.
.Pandangan Ara mengedar ke sekitar. Tidak ada orang selain mereka berdua karena area ini tidak termasuk tempat yang digunakan dalam acara malam itu. Meski demikian kawasan taman samping gedung tetap dikemas senyaman mungkin. Bersih, penerangan sejuk, lampu hias mengelilingi sisi kolam, serta pancaran sinar violet pada airnya.
Sadar dengan tangan yang masih digenggam Gavi, Ara menyentilnya pelan hingga tautan lelaki itu terlepas. Ara tidak dalam keadaan terganggu, jadi saraf Gavi kali ini aman.
Mereka duduk di kursi kayu yang cukup panjang dan menghadap langsung ke kolam renang. Gavi simpan gelas ke meja yang juga tersedia di sana.
"Jadi sepenting apa urusan lo sampe seret gue kesini?"
Gavi menampakkan raut datar lantaran sikap dingin Ara, ia tidak habis pikir perbedaannya yang kontras sekali dibanding tadi dengan Tama.
"Ke Om Tama aja lo manis banget Ra." Protes Gavi.
"You're not my sugar daddy." Kata Ara menatap air kolam yang warna sinarnya memanjakan mata.
Seketika Gavi menyerongkan tubuh menghadap setengah miring pada Ara. "Fine! Lo mau apa? Apapun itu gua bisa turutin." Sombongnya penuh percaya setengah kesal.
Sepertinya Ara tertarik dengan tawaran Gavi. Sejenak ia berpikir, lalu muncullah jawaban;
"Gue pengen melihara beruang terbang." Rautnya tak berubah, ia serius. Di pikirannya tengah membayangkan beruang punya sayap sedang balap dengan pesawat.
"Gue cekek lo Ra." Sinis Gavi memendam kesalnya.
Ara menoleh datar pada lelaki di sampingnya. "Gausah sombong. Lo terlalu muda buat jadi sugar daddy gue. Lagian punya calon aja belom."
Entengnya Ara mengatakan itu membuat Gavi kesal sekaligus gemas pada cewek ini. Ia yang hendak menangkap wajah Ara dari samping tapi harus terhenti karena Ara lebih dulu bicara;
"Don't touch, Algia." Tekannya memperingati dengan satu jari telunjuk terangkat.
Lagi lagi, Gavi terpaksa meredam rasa gemasnya. Alhasil ia hanya meremas angin di samping wajah Ara lalu melepaskan dengusan kasar. Gavi harus selalu ingat, bahwa Ara tidak suka disentuh.
Ara menyandarkan tubuh ke punggung kursi dan melipat kedua tangan di dada. Penampakan tenangnya air kolam dengan pancaran cahaya violet membuat ia betah. Ya setidaknya Ara masih memberi kesempatan cowok di sampingnya itu menjelaskan tujuan membawanya kesini.
Ia tidak begitu nyaman berlama lama di tempat ramai, mau itu suasana ataupun penghuninya. Maka itu tadi Ara menetap di tempat yang sedikit berpisah dari pusat acara, yang kemudian ditemani Jarvis, Tama dan Reiga. Namun ia tetap bersikap profesional sebagai tamu, berbincang dan berinteraksi hangat dengan para kolega.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...