🔹32.2🔹Mandat

288 18 7
                                    

🔹32.2🔹
Mandat

.
.
.

Senin, 3.20 sore.

Waktu pulang Gemstone sudah lewat 20 menit lalu. Sama halnya di tempat lain, area kolam renang juga kian sepi dan tidak ada yang menghuninya di luar jam pelajaran.

Kelas Malik baru saja usai dengan jadwal tes renangnya. Dan ia termasuk golongan yang masih betah jadi penghuni di sana, tapi itu lantaran sedang menunggu seseorang keluar dari kamar mandi.

"Oy Gap!" Malik beranjak merangkul hangat Gavi saat lewat di depannya yang masih sembari mengeringkan rambut dengan handuk.

"Ayo belok!" Ajaknya semangat dengan senyuman lebar tapi langsung mendapat delikan tajam dari Gavi.

"Duduk dulu maksudnya.." Ralatnya lalu menggiring Gavi ke salah satu kursi.

Mereka menetap di kursi yang dilengkapi sebuah meja.

Tangan Gavi terulur santai mencomot ciki Malik dan belum menggubris untuk apa ia dipanggil. Tapi tak disangka partnernya itu bertindak di luar dugaan, Malik membuka kancing kemeja paling atas Gavi.

"SAT. APAAN LO HAH?!" Gavi terkejut dan refleks bergeser memberi jarak.

"Astagfirullah! Gua soleh dan normal, bestih!" Bela Malik sambil mengeluarkan sebuah wadah kecil dari tasnya.

Gavi yang tau itu obat luka, maka ia kembali santai dan lanjut menggayem ciki Malik. Tidak perlu ia tanya untuk luka yang mana. Entah Malik tahu kronologinya atau tidak, tapi bisa dipastikan ia dititipkan obat itu dari Ara. Gadis itu dekat dengan Zheodrix terutama inti, sedangkan hari ini Xander tidak masuk sekolah.

"Gaperlu." Singkatnya tak peduli.

"Gabisa gitu Gap, ini mandat."

Mendengar itu Gavi sesaat ia tercenung. Meski lukanya kecil dan tidak mengganggu, tapi ternyata Ara ingat dan peduli, sampai meng-amanahkannya sepenting ini. Atau mungkin Ara hanya bersikap tanggung jawab seperti halnya dulu saat Gavi terluka karena ulahnya ingin macam macam pada Ara.

Mood Gavi sedang tidak bagus. Ia tidak bisa bertemu Ara langsung lantaran saat mendatangi rumah Ara malah bertemu Haidar yang masih Gavi sebut cowok berandal. Mereka hampir membuat keributan, yang untungnya ada Xander keluar dan segera memisahkan.

"Kalo gitu gua mau Ara langsung."

"Gabisa Gap.."

Gavi beranjak berdiri dan mau melengos pergi, tapi Malik menariknya duduk lagi.

"Mohon maaf anaknya orang yang begitu bebel, mangkanya lu nurut dulu, diem sini! Kita bicara dengan kepala frojen." Sarkasnya kesal dengan maksud 'kepala dingin'.

Sampai saat ini Gavi buta informasi. Ia tidak tahu keadaan Ara, kondisinya sekarang, bahkan dimana gadis itu.

Nomor ponsel Ara tidak aktif. Gavi mencari Ara ke Kafe Traza tapi tidak mendapat apapun termasuk Fidel. Ia mendatangi kediaman Zheodrix, tapi rumah itu sepi. Ia menyelundup lagi ke Laverta, tapi sama sekali tidak menemukan jejak gadis itu.

Orang terdekat Ara secara bersamaan menghilang dari peradaban, serta akses pada gadis itu juga tertutup seakan memang disengaja.

Jadi sekarang akhirnya Gavi kembali duduk anteng. Ia ingin mendapat penjelasan atau kabar tentang Ara.

Gavi membuka kemejanya dan membiarkan juga Malik yang ikut membuka kancing. Ia mau menerima obat itu, tapi tetap acuh tak acuh dengan luka sendiri.

"Badan lo bagus, hehe.." Cengir Malik kagum.

QUEEN-ZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang