🔹13🔹
Buronan.
.
.
Sabtu,
11.50 pm.Kelip lampu dengan pencahayaan remang menjadi ciri khas dari setiap tempat hiburan malam. Termasuk Colosseum Club, dimana tiga pemuda dari sekian cast cerita ini sedang berpijak di dalamnya.
Usai menjadi bintang sakiceup-sebentar maksudnya-mereka kini duduk memutari meja kaca bundar dengan sofa merah maroon di salah satu sudut area bar.
Sekali lagi, mereka bukan anak nakal. Mereka cuman sebatas manggung dan tidak akan melakukan hal aneh diluar kendali. Paling mencicip alkohol sih. Tentunya dalam batas yang masih bisa terkontrol.
Karna minus satu orang, tadinya mereka tidak akan menerima undangan disini. Tapi mengingat Colosseum Club merupakan tempat hiburan malam paling fantastis di Jakarta, dan mereka juga sedang bosan, jadilah yaa begini. Lebih tepatnya kemauan mata hijau Daffin sama Eve.
Yang gratisan selalu lebih enak, ygy..
"Tuh anak kemana sih? Keen jadi dobel dobel. Kan para rakyat jadi keenakan denger suara lo, sambil nge-DJ lagi." Daffin misuh misuh posesif, sedangkan yang ngejalanin anteng-anteng aja.
"Biasanya selalu kasih kabar, tapi ini enggak. Kayanya jadi buronan bokapnya lagi deh." Eve ikut menebak.
Merasa diingatkan akan buruknya hubungan ayah-anak keluarga itu, Daffin menghela nafas prihatin. "Kesian gua sama dia. Kapan coba mau damai?"
"Nunggu hidayah kali." Sahut Eve sekenanya. Tapi ya ga salah juga.
"Menurut lo Keen, kapan tuh anak tobat?"
Tidak langsung merespon pertanyaan Daffin, Keen menuntaskan dulu tegukan wine dari gelas yang ia pegang. Menyesap perlahan dan menikmati cairan beraroma buah dengan rasa asam manis dan pahit menjadi satu.
Netra hijau itu terbuka dan menatap gelas di genggaman. Fokusnya tenang tapi sedikit menerawang.
"Ada saatnya,"
Itu saja sumbangan kata dari Keenan. PEntahlah, Keen tidak tau itu sebuah 'pernyataan' atau 'pertanyaan'. Ambigu dan keraguan itu tidak disadari kedua temannya.
🔹🔐🔹
Seorang pemuda kewalahan menghadapi beberapa orang suruhan yang sangat ia tau darimana asalnya.
Setelah tadi ia keluar usai urusannya tuntas di sebuah apotek dan sejumlah rumah sakit, tiba-tiba muncul orang orang itu yang menyeretnya. Sempat mendapat pukulan cukup keras dan membuatnya terhuyung sampai hampir masuk ke mobil jeep mereka. Ia berhasil meloloskan diri dan terpaksa meninggalkan motornya di area parkir apotek. Tidak apa, pasti aman.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...