🔹57🔹
Penyesalan.
.
.8.05 pagi.
Lokasi yang tidak terdeteksi di maps dan peta online lain, membuat Gavi perlu beberapa kali berhenti untuk bertanya pada warga yang ada. Sampai akhirnya mereka temukan tempat yang sejak kemarin dituju; Panti Jiwa Dewandaru.
Berada di dataran tinggi, saat tadi di perjalanan, mereka melewati hamparan kebun teh dan perkebunan khas pegunungan lainnya. Namun ini bukan daerah wisata. Panti Jiwa tujuan mereka juga cukup jauh dari rumah rumah penduduk.
Dikelilingi rumput hijau terawat nan luas, suasana sekitar yang asri, serta beberapa pohon rindang menyejukkan titik titik tertentu. Berdiri infrastruktur klasik dengan bangunan dan furniture kayu jati yang dominan coklat sebagai tampilan warna khasnya.
Gavi dan Ara berjalan melewati halaman depan dan spot spot taman yang sedang ramai penghuni. Tidak terlihat seragam khusus yang membedakan antara petugas dan pasien. Gelang biru itu tersemat pada sebagain orang di keramaian sana yang bisa dilihat merekalah pasiennya. Namun Ara teguh berpikir positif bahwa gelang yang ia dapat hanya merupakan petunjuk, bukan terpakai juga oleh ayahnya.
Memasuki pintu dan melalui lorong terbuka, Gavi dan Ara tidak menemukan tempat pelayanan informasi, costumer service, administrasi, bahkan satpam, maupun tempat lainnnya yang umum ada di lembaga kesehatan. Sampai, penyusuran mereka berhenti di aula terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...