🔹17🔹
War.
.
.Tuk.
Baru saja permen teh-nya menyambah lidah lalu ia masukkan bungkusnya ke saku, sebuah kerikil tanpa izin menyambar kencang ke keningnya.
"Awhh!!" Ara menyapu tatapan ke sekitar dengan kening berkerut samar sembari menormalkan pandangan yang sedikit berbayang.
Ia habis dari minimarket luar sekolah karena di dalam sekolah terlalu ramai. Ara tidak suka keramaian. Eh niat mau tenang malah dapet timpukan batu nyasar.
"Batshit!" Umpatnya kala menangkap seorang lelaki sedang mendekat.
"Wahh... cewek Leverta! Lumayan nih menang jalur nyandra." Lelaki itu begitu girang bertemu Ara.
Niatnya sih mau nangkep, tapi eh tapi cowok ini salah besar mau jadiin Ara sandra.
Lengannya dipelintir lalu tubuh cowok itu Ara dorong kasar sampai menubruk tembok. Baru berdiri, ia langsung disudutkan ke tembok. Kedua tangannya dikunci dibalik punggung.
"Anjenk lepas oyy! Nggak gini konsepnya!!" Ia meringis dan misuh misuh gelagapan. Memberontak tapi tidak ada hilal untuk lepas.
"Kenapa bisa nyampe sini?" Tanya Ara mengintimidasi.
"Bisa lah! Barusan gue naik kapal terbang!"
Ara mengeratkan cekalannya dan membuat cowok itu menjerit.
"Iyaiyaiya! Itu, geng dermawan tawuran. Sejarah baru kan?" Santainya sembari menaik turunkan alis.
"Geng apa?"
"Jeoprik!" Serunya jenaka setengah dongkol.
Mata Ara sedikit menyipit, keningnya berkerut samar. "Zheodrix." Ralatnya bergumam lirih.
"Nah itu, sama aja neng. Sekarang lepasin! Kecuali kalo lo mau nyulik gua ke hotel, boleh aned. Hayuk!" Cengirnya.
Ara anggap itu ocehan tikus tak guna. Ia lepas kunciannya dengan satu depakan di punggung sampai pemuda itu nyusruk ke tanah.
"Balik ke alam lo!!" Sentaknya lalu pemuda itu melesat kabur.
Tak peduli kening sudah mengalir cairan merah sampai pipi, langkah Ara terayun pasti. Dugaaan Xander benar terjadi. Ternyata secepat itu mereka menyebar sampai areanya, Laverta. Bisa dipastikan mereka kalut sampai lupa tempat. Tapi meski begitu, situasi ini harus tetap bisa terkendali.
🔹🔐🔹
Benar, aksi ini adalah sebuah sejarah baru. Zheodrix yang dikenal dengan julukan 'alim' itu kini turun ke lapangan.
Mereka mengamuk bak kawanan singa yang diganggu. Tidak ada yang tau jelas asal muasal baku hantam ini terjadi. Aksi itu memancing banyak perhatian pemuda terutama geng lain dan siswa pelajar yang kini sudah turut merusuhkan keadaan. Sekitar 150 pemuda Zheodrik berjangkit bengis meratakan siapa saja yang menghalangi mereka.
Bebatuan melayang mencari sasaran. Jalan berserakan oleh kayu dan bercak darah mereka yang tergoler tumbang. Masyarakat sekitar tak ada nyali meski sekedar melihat dari jauh. Mereka memilih berlindung atau mencari jalur lain. Aksi ini terjadi terlalu cepat hingga belum ada pihak keamanan yang turun.
Mereka yang tidak asing dengan Zheodrix pasti tercengang. Komunitas yang selalu membawa dampak positif itu mendadak membabi buta tanpa ada skandal atau keganjilan.
Bugh!
Satu bogeman berhasil Gavi layangkan pada rahang lawannya, anggota Zheodrix siswa 1 Jakarta. Kebanyakan mereka yang menempuh pendidikan memang berasal dari sekolah negeri itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...