🔹36🔹Perkara 'Papah' dan 'Ayah'

287 21 6
                                    

🔹36🔹
Perkara 'Papah' dan 'Ayah'

.
.
.

"Tempat Za bersandar bertambah satu, Andra."

Ruang kerja Dareen yang juga sering dipakai saat Haidar berada di rumah kini terasa sedikit aneh. Bukan Xander, tapi justru karena si pemiliknya alias Haidar. Ia tidak tahu apa yang akan dibicarakan Xander. Sikap anak itu yang tenang, justru membuat Haidar curiga.

"Maksud lo?"

"Yaa nambah satu." Jawabnya ambigu dan membuat Haidar sedikit geram.

"Ngomong yang jelas Qeel."

Xander membelakangi Haidar yang duduk di kursi kerja Dareen, ia menghadap penuh ke jendela yang terhalang lapisan horden tipis. Dari posisi itu ia bisa melihat Gavi duduk menunggu di kursi di depan pintu.

"Udah jelas. Perlu pake toa?"

Tidak bisa lagi menahan geram, Haidar berdiri bersama raut yang tak lagi bisa diajak kerja sama apalagi berguyon.

"Charry."

"Gavian. Adik lo bisa istirahat nyaman sama Putra Praza itu."

Manik abu Haidar memaku keras. Nampak jelas pemuda berusia 26 tahun itu tidak suka membahas seorang Gavian, cowok yang pernah merendahkan adiknya.

"Ara ga butuh dia." Tolak Haidar tanpa basa basi.

"Andra." Tegur Xander pelan dan membuat Haidar menoleh.

"Lo mau kemana Qeel? Bukanya itu sama aja lo kasih peluang buat orang lain? Atau lo nyerah? Iyah?"

Xander masih membelakangi Haidar. Tatapannya beralih menjadi lurus. "Gua sayang adik lo, gua cinta dia. Gua mau dia aman. Lebih banyak yang sayang dia, lebih banyak yang jaga dia. Harusnya itu bukan masalah." Tegas Xander serius. Namun dibalik itu, ada getir dalam hatinya. Tapi juga ia merasa harus berkata demikian.

Tangan Haidar mengepal kuat. Ia berusaha mengatur emosi untuk mengetahui kejelasan ucapan Xander. Xander tidak salah. Tapi Haidar sedikit kecewa dengan kalimat itu. Secara tidak langsung, Xander memberikan kesempatan kepada orang lain.

"Dan lo bakal biarin juga kalau ada orang lain lagi yang masuk ke kehidupan Ara?"

"Walaupun Za nolak, tapi ga ada yang bisa lawan takdirnya dari-Nya, termasuk adik lo sendiri Andra."

🔹🔐🔹

45 menit kemudian Haidar membuka pintu. Sedangkan Ara dan Xander masih berada di dalam. Gavian refleks terbangun dari duduknya. Lagi lagi Haidar disambut orang yang sama. Ya, sedari tadi cowok itu masih menunggu di depan pintu.

"Gua minta maaf kak."

Haidar menilik tajam manik Gavi tanpa raut apapun dan itu sulit Gavi artikan. Haidar heran, apa yang cowok ini miliki sampai adiknya bisa nyaman? Meskipun nyaman dalam arti Ara bisa tidur tenang pada Gavi sebagai sandaran saat istirahat, itupun jika Ara dalam mode off alias waktu tidur, tidak lebih.

Haidaryakin adiknya tidak mungkin suka pada Gavi. Posisi orang lain bagi Ara yangpaling dekat ya keluarga, tidak ada yang lain. Misalnya Xander.

"Gaperlu takut ga dapet maaf. Jelas?" Ucapnya dingin sembari melanjutkan langkah tanpa ada rasa peduli. Tapi Gavi belum menyerah, ia mengintili Haidar dari pinggir.

"Gua mau ketemu Ara."

"We have to go."

"Please kak." Mohonnya memberhentikan jalan Haidar dari depan.

QUEEN-ZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang