🔹33🔹
Peringatan.
.
.Selasa, 9.40 pagi.
BUGH!!
Keributan di waktu istirahat pertama menjadi pusat perhatian di kantin Gemstone. Kerumunan mengelilingi area salah satu meja di sana.
Barusan Gavi datang menghampiri Xander dan tanpa kata langsung memberi bogeman mentah di rahang. Dari situ keadaan seketika recok ditambah teriakan histeris para murid perempuan. Banyak ponsel terangkat tengah mengambil momen itu, tapi tentu dengan jarak aman.
Tanpa adanya raut kesakitan, Xander kembali berdiri sembari meludah kasar ke samping yang isinya darah segar. Satu pukulan tapi sangat kuat, Gavi seakan melampiaskan amarah begitu besar.
"Kurang kerjaan lo sampe cari masalah?" Sinis Xander. Matanya membidik dingin. Ia geram karena ketenangannya diganggu secara tiba-tiba tanpa alasan yang jelas.
"Lo cupu. Ngatur Ara. Gamau bersaing. Takut kalah hah?" Remeh Gavi dengan intonasi menantang seraya menghampiri Xander dengan langkah lebar serta sorot mata menghunus tajam. Ia lalu menarik kerah jas Xander yang langsung didorong kasar oleh si empunya.
Dengan sudut bibir yang pecah, Xander justru terkekeh sarkas bersama seringai tipis yang malah membuatnya memiliki aura kuat dan memukau.
"Lawak. Lo pikir Ara ranking kelas? Dan lo mau jadi juara satu gitu?"
Gavi tak menghiraukan jawaban Xander. Tangannya mengepal keras hendak meninju tubuh Xander, tapi nyatanya tak semudah itu. Xander menahannya dan menendang Gavi kuat hingga tersungkur ke belakang.
Semua tau se-menyeramkan apa amarah Gavi yang tidak bisa diremehkan. Dulu saat masih duduk di kelas 10, Gavi pernah mendapat omongan bahwa keluarga ternamanya pasti tidak jauh dari perihal korupsi. Tapi hal itu tidak Gavi gubris. Mereka hanya iri. Nama Praza tidak akan semudah itu tercemar kotor hanya dengan hoax sampah.
Namun satu hal keramat yang sangat sensitif bagi Gavi hingga saat itu membangunkan amarahnya, yaitu tentang Ibundanya. Pembahasan gosip mereka sampai pada perihal bahwa Ibunda Gavi adalah wanita pemeras dan matre yang gila harta.
Disitulah Gavi murka. Dengan tangan kosong, tanpa ampun ia membantai kelompok murid itu, meratakannya hingga tak berdaya. Terlebih pada satu siswa yang terdeteksi ketua geng mereka atau biang alias sumber yang memulai tuduhan hoax.
Tulang para murid itu remuk dan penuh luka lebam berdarah di sekujur tubuh. Bahkan Gavi masih menghajar habis habisan satu siswa utama tadi meski sudah sekarat. Siswa itu dipastikan akan meninggal jika bukan Azkia-ibunda Gavi langsung yang datang turun tangan untuk menghentikan amukan Gavi.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...