🔹46🔹
Membuat Jejak.
.
.Seorang pemuda tengah berhadapan dengan jendela yang setengah terbuka itu. Kedua lengannya menumpu ke kusen bagian bawah seperti anak TK melipat tangan di meja.
Tadinya ia ingin sejenak memandangi jalanan dari lantai yang cukup tinggi ini. Karena angin berhembus semakin kencang diikuti salju yang menebal, maka ia putuskan menyudahi acara nangkringnya di jendela.
Namun saat keningnya dihinggapi salju yang turun langsung dari langit, ia mengusap butiran dingin itu. Alih alih menutup jendela, ia malah mengulurkan telunjuknya menadah untuk mencari butiran salju segar lainnya.
Salju yang hinggap di pucuk jarinya ia icip dan membuat lidah Xander menerima sensasi segar serta dingin dari butiran uap air putih yang tampak seperti kapas itu.
"Bunda. Bunda sama Dilara deket banget?" Tanya Xander tiba-tiba seraya anteng menyicip salju.
"Sekarang jauh. Kalau Dila lagi di kampus berarti jaraknya 5 kilometer." Lembut Fidza jahil sembari menyendok sup untuk mereka yang baru saja matang. Tadi putranya pun hendak membantu, tapi ia arahkan agar meyiapkan meja makan saja.
"Bunda sama Dilara lebih sibuk siapa?" Tanya Xander lagi dan tak terkecoh keisengan bundanya.
"Kenapa, tanya tanya Dilara??" Lirik Fidza sekilas. Gurat senyum teduhnya tersirat juga keusilan.
Dirasa sudah puas menyecap butiran salju, dan tidak mungkin ia biarkan udara dingin memasuki ruangan lebih banyak, maka iapun menutup jendela sesuai rencana awal sambil berujar;
"Ya kalau Dilara deket sama bunda, aku bisa tanya dia pas bunda gabisa dihubungin." Jelas Xander karena ia seringkali kesulitan mendapat kabar bundanya.
"Kita kan sering berkabar, Aathif.. Kamu ga usah teror teror Dilara, kasian dia."
"Lebih kasian anak orang??" Ketus Xander seraya membalikkan badan ingin menyamperi Fidza. Mukanya ditekuk lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...