🔹50🔹
Party.
.
.Miris.
Berharap dapat ending manis, malah berakhir tragis.
Dikasih otak pinter, malah dipake gabener.
Berharap harta berlimpah, malah berujung jadi sampah..
Apa selanjutnya?
Mari, kita temani para pemuda yang katanya bercitra 'alim' itu, dari tempat ternyaman kalian masing masing..
Malik mendekati salah satu meja yang diatasnya berisi alat peledak dengan pelindung kotak kaca. Ia amati sejenak, dan langsung bisa ia kenali jenisnya secara detail.
"Aelah om, kalo nggak bisa tuh minta tolong.." Ucapnya seperti sedang bergurau. Bisa ia ketahui pula bahwa benda itu belum sempurna.
"Tolong tuh bukanya makanan ya Ras?" Tanya Ojan keluar topik.
"Lontong itu sayang." Senyum manis Malik gemas pada Ojan.
"Aww, baper aku." Gelagat Ojan centil.
Malik teruskan dialognya dengan si ilmuan;
"Om tau pepatah ini gak? Seberat apapun pekerjaan, pasti akan terasa ringan,""Bila tidak dikerjakan." Sambung Ojan yakin.
Kepala Malik mangut mangut setuju. Namun seketika berhenti dan raut berubah jadi berpikir karena sadar kalau ucapan Ojan barusan salah.
"Nggak gitu deh Tar." Tolehnya heran.
Ojan tergelak puas. Ia yang tengah mengoprek komputer utama milik para ilmuan, dibuat agak terkejut melihat penemuannya di layar.
Ras bisa tau jenis peledak itu hanya dari amatan mata. Sedangkan Tara alias Ojan si ahli teknologi, dengan apalagi ia tau kalau bukan dari formula rumus pembuatan yang kini tertera di layar komputer.
"Wihh.. mainan om itu kece juga euy! Curut satu ini mau ikutan ya om??" Ojan antusias melihat tampilan layar yang tersaji.
Malik angkat penutup kacanya lalu ia ambil benda itu. Besarnya hanya satu genggaman tangan orang dewasa, namun efek ledakannya bisa berakibat lumayan besar, bahkan sangat berbahaya jika peledak itu sudah selesai sempurna.
Ia berjalan mendekati jendela. Benda yang ia pegang dengan entengnya, sukses membuat ketiga ilmuan mematung bersama jantung ketar ketir.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...