🔹23🔹Feel Alive

394 29 9
                                    

🔹23🔹
Feel Alive

.
.
.

Tok.tok.tok.

"Misi.. Dengan Mas Keenan?"

"Bang Gopud bisa gak sih datengnya taun depan aja?! Ini aku lagi nonton live drama masa iyah tetep ada iklan?" Misuh Seting kesal. Gara gara kurir makanan itu, chemistry romantis yang ia tonton seketika hancur berantakan.

"Berarti harus premium dulu tuh, sebulan 50k." Ucap temannya yang baru datang. Ia setan pot bunga lidah buaya di pojok rooftop.

Keen langsung kembali menoleh pada Ara. "Sorry." Ucapnya dan mendapat ulasan senyum tipis Ara dengan satu anggukan. Ia lalu berdiri menghampiri kurir makanan di ambang pintu rooftop. Maksud Keen adalah maaf untuk perlakuannya barusan.

Saat makan, pembicaraan mereka berkurang bahkan hanya sedikit. Setelah makanan habis, baru Keen berani membuka obrolan lagi. Keresahan Keenan yang tadi sempat melandanya juga sudah menguap, bahkan kini Keen merasa lebih enjoy.

"Jadi sedeket apa lo sama Xander?" Tanya Keen sembari membuka camilan yang juga tadi ia pesan. Ia juga sedikit merubah posisi kursi jadi menghadap ke hamparan kota.

"Sedeket lem tikus dan kalengnya." Gurau Ara santai.

"Gua mau lem itu buat tangkep tikus penelitian lab." Sahut Keenan meladeni Ara meski tetap dengan raut limit ekspresi.

Kekehan Ara terdengar ringan. "Xander temen gue sejak kecil. Bisa dibilang satu perjuangan."

"Danendra?"

"Lo intel, ya?" Tatap Ara intens tapi tidak serius. Keenan pasti juga melihat Ara dijemput Eral saat acara duka kemarin.

"Bukan. Gue Keenan Lakashya. Partner olimpiade renang Arasely Putri Z."

"Buat ambil piring cantiknya lo hubungin tim kreatif ya." Guraunya lagi mengingat sudah 3 kali ia kepergok Keen.

"Emang terlalu sering buat dibilang kebetulan. Tapi lo tetep tamu disini." Jawab Keen. Ara tetap tamu, jadi wajar kalau Keen sering melihat gadis itu selama masih berada di wilayah Gemstone.

"Gue pernah satu sekolah sama beberapa anggota Zheodrix dan deket sama mereka. Termasuk Eral."

"Karena itu sekarang lo deket sama anggota Zheodrix lainnya?" Keenan menyimpulkan dengan tolehan ke samping, pada gadis di sebelahnya yang terhalang meja.

Ara mengulas senyum tipis. "Jadi, kenapa lo se-penasaran dan se-peduli itu?"

"Gue percaya lo bukan playgirl." Tutur Keen setelah kembali meluruskan pandangan ke arah kota.

Tawa kecil Ara terdengar sarkas. Bukan pada Keen, tapi ia jadi teringat masalah dengan rivalnya itu.

"Sorry." Ucap Keen juga jadi merasa bersalah.

"No. Lo udah riset dulu sebelum nilai orang sembarangan. Lo ga salah." Ucap Ara membenarkan. Ia sejenak menyeruput minuman cup yang belum habis.

"Apin Eve kemana?" Tanya Ara lantaran biasanya mereka satu paket.

"Masih main tepok bulu."

"Susul sana. Gue penasaran sama isi Gemstone. Lo butuh lawan kan?" Titahnya berakhir menawarkan diri mengajak Keenan main bulu tangkis.

"Lain waktu ya? Sekarang lo baru sembuh. Nanti gue bakal jadi tour guide lo kalau lo ga keberatan." Toleh Keen dengan tatapan teduhnya bersama sirat yakin.

QUEEN-ZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang