🔹28🔹
Gavi's Choice: Opsi yang kedua.
.
."Jadi gitu Gap..."
Tiga motor besar turut berhenti di perempatan mematuhi lampu lantas yang menyala merah. Daffin baru saja usai berceramah layaknya ustad dadakan untuk Gavi, mengapresiasi agar temannya itu istiqomah berada di jalan yang lurus lantaran satu minggu ini Gavi banyak berubah.
Eve tidak menyimak. Kepalanya asik angguk angguk geleng geleng menikmati musik dari helm nya. Yang sedang ia dengarkan adalah lagu potong bebek angsa serta lagu anak lainnya.
Lampu berubah hijau. Seketika Gavi menarik pedal gas. Motornya melesat cepat di jalan lurus itu. Padahal di perempatan barusan seharusnya mereka belok kanan.
"Weh! Langsung dipraktekin si iyah, tapi ga gitu konsepnya!!" Teriak Daffin mengimbangi laju motornya dengan Gavi.
"Brodiii!! Mau kemana kau heeii?!!" Pekik Eve. Mereka berdua terpaksa terbawa ke jalan lurus itu.
Tanpa sadar Daffin Eve memasuki sebuah perumahan. Gavi masih berada di depan mereka tanpa berniat mengurangi kecepatan. Sampai di bundaran bercabang 4 jalur, tiba-tiba Gavi mengerem mendadak. Untung refleks dua temannya bagus, jadi tidak ada insiden yang tak diinginkan.
"Anjiiiiii!" Satu senti lagi Daffin hampir menabrak motor Gavi.
"Gua gali kuburan lo sekaran juga Gap!" Kesalnya gemas.
"Pren, ngumpetnya kurang hurup n sama g." Eve menoel Daffin takut takut.
Mereka dikejutkan oleh gonggongan keras anjing dari rumah di sisi kanan.
"Anjing kesel ah." Daffin misuh.
"Heh gaboleh ngomong kasal ai kamu..." Itu Eve lagi. Anak ini memang si paling sabar dan punya khas polos dengan muka lugunya.
"Anjing diem." Maki Daffin kali ini menoleh ke sisi kirinya dimana ada seekor anjing tengah diam menatap mereka.
"Pren, lo lagi cari apa sih? Kuntilanak magang? Mbak sundel lahiran? Vampir dangdutan?" Tanya Eve tapi Gavi sama sekali tak menghiraukan. Mata Gavi sibuk clingak clinguk menyusuri rumah di tiap cabang belokan.
Sementara di atas pohon....
"Latong, dia lagi absen warga kita?" Tanya suster ngesot yang lagi duduk di dahan pohon.
"Mungkin." Jawab Latong alias kepala potong.
"Tapi ko kita ga kesebut?"
"He'em. Samperin aja yu?"
"Ayok!"
Mereka loncat dari pohon dan mendarat dengan posisi berdiri lalu langsung menghampiri dua manusia di bunderan sana.
"Kamu ngapain jalan?"
"Soalnya kalo ngesot capek. Nanti aku duduk lagi kok. Aku gamau ketinggalan jailin orang, hihi."
Sedangkan di bunderan, Daffin Eve sedang nangkring di motor masing-masing. Mereka memilih menunggu Gavi saja tanpa peduli tujuan Gavi atau mau apa anak itu hinggap di komplek ini.
Tapi di sela ketenangan mereka...
"Pe! Pe!"
"Oit?"
"Pe! Epe!" Daffin terus menepuk pundak Eve yang ada di sebelahnya. Tapi kepala Daffin tetap tertuju ke jalan sepi di belakang mereka.
"Apasi?? Papepape kek anak dajjal. Lo ganggu orang lagi ngaca." Gerutu Eve asik menyisir rambut tebalnya. Ia sama sekali tidak menghiraukan Daffin.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...