🔹08🔹
Motif Gavian
.
.
.
Pukul 5 sore.1 setengah jam waktu latihan baru saja usai. Mr. Ester sudah pulang terlebih dahulu. Lalu diikuti Ara keluar kolam karena ia memulai waktu latihan lebih awal.
Tanpa peduli dengan helai rambut tebalnya yang masih mengeluarkan tetesan air, Keen memakai kemeja bebasnya tanpa terkancing lalu dibalut jas merah almamater sekolah yang juga kancingnya tidak terpaut. Tau 'kan, penampakan apa yang terlihat? Dada serta tubuh depan sixpack nya.
Memang sengaja, tapi bukan untuk menggilai kaum hawa, melainkan ia terbiasa seperti itu karna gerah katanya. Meski lama di Konoha ini, ia masih sulit beradaptasi dengan cuaca panas negara tropis.
Karena terbiasa abai, Keen tidak sadar ada sebuah botol berisi infused water yang terletak di dua kursi darinya. Keen baru menoleh saat seorang gadis mengambil botol itu dan duduk untuk meneguk isinya.
"Jago ngeretas, ya,"
Niat Ara tadinya hanya sebentar, kini malah duduk bersandar ke kursi. Ia tertarik dengan pembicaraan ini. Kemarin Ara terjun langsung menghanguskan video nya yang viral itu. Ternyata aksinya terekam CCTV bernyawa. Padahal sudah Ara lakukan di area sekolah yang aman dan sedang dalam jam pelajaran.
Tapi itu bukan masalah untuk Ara.
"Mabal tanpa alasan kayanya bukan tipe seorang Keenan Lakashya, ya," Tolehnya berakhir pada nametag di jas merah Keenan.
Lelaki itu terdiam sejenak. Ia geram. Kemarin ia memang tidak ada di kelas, padahal ada tugas nganggur. Tapi Keenan bukan tersinggung akibat ucapan Ara, melainkan karena kembali teringat berita itu.
"Fucking news." Umpat Keen rendah. Menurutnya, itu bukan berita yang layak dibesarkan.
Seketika Ara tertawa lepas sesaat. "I love you too." Balasnya konotatif, just for fun. Tidak sulit untuk Ara memahami orang seperti Keenan. Jadi tidak mungkin ia ambil hati umpatan itu. Sebaliknya, justru ia anggap pujian.
"Sherly cuma iri. Anaknya emang random, aneh, absurd." Lanjutnya mengabaikan kesenangan Ara.
Ara mengangguk pelan sembari kembali menoleh lurus. "Yaa, lebih aneh yang bilang."
Kini Keen yang menoleh. Meski tanpa raut apapun, pikirannya tengah mengakui bahwa gadis di dekatnya ini cerdas dan.. tidak bisa ditebak.
"Gue kira namanya aja lo gatau." Lanjut Ara bersama seulas senyum pada embusan angin di depannya. Keen masih menoleh, menelisik raut Ara yang terbilang cukup bersahabat itu, tapi tidak terbilang damai. Sulit dimengerti dan diuraikan.
"MANA DIMANA, ANAK KAMBING SAYA! HEY!!"
"ANAK KAMBING SAYA ADA DI POHON LENGKENG!!"
Kita pindah pada nyanyian lantang nan begitu percaya diri dari seorang Daffin Nafeda yang cukup sampai terdengar jauh itu. Mungkin kini atensi Keen dan Ara teralihkan.
"Lo punya anak embe Dap?"
"Enggak si, adanya Milo, Ve, anak maung." Maksudnya adalah meong. "MIILL~! Makan yokk!!"
Seakan mengerti akan panggilan itu, dari arah belakang mereka muncul seonggok makhluk berbulu belang hitam abu. Tapi ternyata larinya malah bablas melewati Daffin Eve yang mau memberi makan.
"Lah Mil, gua disini. Opsite lu woy!" Tegur Daffin heran.
"Priitt! Kartu pink-" Seketika Eve terdiam membeku. Langkah mereka itu berhenti kala tepat melewatitikungan. Ara dan Keenan duduk bersebelahan dan tengah menoleh ke arah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...