🔹32🔹
Hangat.
.
."Pagi."
Sapaan singkat Xander dengan seulas senyum tipis lembutnya turut menambah kehangatan sinar matahari pagi.
Ara duduk di atas kasur dengan selimut menutupi sampai lutut. Kedua kakinya menekuk untuk tumpuan kepala beralas dua punggung tangan.
Lantaran melihat penghuni kamar tengah diam menatap jendela yang terbuka, tentu tidak akan Xander biarkan Ara sendiri dalam pikirannya. Jadi ia masuk dan membuka sisa gorden yang baru terbuka sebagian.
Akibat efek obat, sejak kemarin Ara banyak tertidur dan hanya bangun untuk makan, membersihkan tubuh, serta hal penting atau wajib lainnya. Jadi baru pagi ini ia bertemu Xander lagi karena Haidar yang menemaninya sejak kemarin saat ia tidak terjaga.
Ara menegakkan punggung, ia memperhatikan pergerakan Xander dan berakhir mengalihkan pandangan ke kakinya sendiri saat Xander mendekat lalu duduk di kursi semalam yang ternyata belum dipindahkan.
Kerasa gak, ada yang beda sama Ara? Sama tatapannya barusan itu lohh..
Iya, Ara enggan bersitatap langsung dengan Xander. Tidak ada juga tilikan tajam mengerikan ataupun raut dingin yang biasanya selalu melekat pada diri Ara bersama kepala terangkat berani.
Melihat itu Xander merasa seperti kedatangan sosok yang sudah lama tidak ia jumpai.
Dulu trauma Ara tentu pernah beberapa kali terjadi, maka itu Xander dan Haidar tahu betul kemana kemarin Ara pergi dan kemungkinan terburuk yang terjadi. Dan setelah itu, selalu ada perubahan dari Ara. Ia lebih pendiam dan sedikit malu atau sungkan pada keluarga serta orang terdekatnya yaitu Xander dan Haidar.
Bukan hal yang asing bagi Xander dengan Ara yang seperti ini. Tapi tidak berarti ia senang Ara mengalami trauma.
Xander meraih teko stainless steel yang selalu tersedia di nakas, ia tuang air ke gelas lalu diberikan pada Ara.
"Biar dinginnya ilang, menguap bercampur sama udara dunia."
Ia beralih ke tepi kasur, duduk di belakang Ara. Tangannya terulur menyisir lembut rambut Ara menggunakan jari yang sebenarnya sudah tergerai rapih. Ia tahu betul kebiasaan Ara yang selalu bangun awal dan melakukan rutinitas paginya.
"Kepang dua ya?" Tawar Xander.
"Harus banget?" Ara malah balik bertanya.
Meski belum mendapat jawaban, tapi Xander sudah mulai membelah rambut Ara jadi dua lalu mengepang dari yang kanan dulu. Apapun itu, setiap perlakuan Xander pada Ara selalu lembut dan berhati hati namun tetap pasti, serta nampak sebuah rasa sayang begitu tulus.
"Emang kapan terakhir lo bikin kepang dua rambut lo?"
Sejenak Ara berpikir mengingat yang dirasa tepat. "Pelantikan Zheodrix." Jawabnya sedikit ragu lantaran dulu itu bukan kepangan seperti yang Xander lakukan sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...