🔹26🔹Pergi atau Kembali

366 23 7
                                    

🔹26🔹
Pergi atau Kembali

.
.
.


Sementara di TKP...

"Siapa lo? Apa hak lo larang gua hah?" Geram Gavi menarik kaus bagian leher lelaki asing yang bahkan belum Gavi ketahui namanya Haidar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa lo? Apa hak lo larang gua hah?" Geram Gavi menarik kaus bagian leher lelaki asing yang bahkan belum Gavi ketahui namanya Haidar.

Haidar mendorong kasar tubuh Gavi. "Gua gamau kenalan, ntar jadi sayang, bahaya. Gua udah punya Ara. Sorry." Tuturnya berguyon dengan seringai tipis. Sayangnya itu adalah kalimat humor yang salah tempat.

"Berandal bajingan." Gavi meludah ke samping, membuang sisa darah bekas pukulan Haidar tadi.

"Lebih bajingan mana sama yang bilang dia bitch. Lo ga bakal hidup tenang." Haidar maju hendak memberi bogeman lagi pada lelaki yang cari ribut dengannya itu.

"Excuse me. Apa perlu gue pesenin ring tinju?"

Langkah Haidar terhenti. Keduanya menoleh. Haidar langsung menghampiri Ara. Satu tangannya mengusap surai Ara dengan raut khawatir.

"You okay?" Ujung bibirnya sedikit sobek dan menampakkan noda merah. Tapi itu malah seperti hiasan yang membuat kesan karismatik semakin bertambah pada lelaki jangkung itu. Dan barusan, dia malah menanyakan keadaan Ara?

"Lo ngelawak, ngode, apa nyindir?" Ara sedikit kesal, tapi tak ayal ia sembari mengusap darah di sudut bibir Haidar. Ia tadi sudah berpesan pada Malik dan Ojan agar tetap di dalam kafe bersama Fidel. Dua pemuda ini biar jadi urusannya.

"Gue lagi disini dan gue mau waktu banyak bareng lo." Tutur Haidar. Padahal seharian ini ia sudah bersama Ara.

Gavi semakin geram melihat keakraban mereka, apalagi sikap lembut Ara pada lelaki yang bagi Gavi asing itu.

"Ikut gua." Gavi menarik tangan Ara dan langsung ditepis Haidar.

"Don't touch my girl." Mutlak Haidar rendah. Satu lengannya terulur di depan Ara untuk menghalau jangkauan Gavi.

Ara mendongak mengamati raut Haidar dengan rasa heran. Jika ia tidak salah dalam menyimpulkan maksud Haidar ini, ucapan kakaknya barusan mengandung maksud lain yang disengaja, dan itu membuat Ara ingin tergelak.

"Ara." Panggil Gavi dengan tatapan sulit diartikan seakan tidak percaya.

"Ara. Berandal ini bukan orang." Ujarnya bersikeras meyakinkan Ara.

'Bukan setan juga. Barusan aja gue pegang dia ga tembus.' Sahut Ara dalam hati, namun yang tampak hanya tatapan tajam dari iris dinginnya.

Bukan tanpa alasan Gavi terus menjuluki Haidar berandal, tapi itu lantaran penampilannya meski dengan wajah rupawan. Tubuh tinggi kekar, rambut gondrong, tato di lengan, dan aksesoris kalung di leher, serta anting berbandul ular.

QUEEN-ZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang