🔹55🔹
Find.
.
.Adhara Hospital,
8.30 malam.Gavi tidak perlu bertanya lagi dari awal, ia tinggal langsung minta bertemu Rina, petugas arsip yang kala itu menemaninya. Kini, Gavi dan Ara didampingi Rina yang mengoperasikan komputer di ruangan arsip digital rumah sakit.
"Silahkan," Rina mengarahkan Ara agar menempatkan jarinya di layar finger print, hal yang saat itu menghentikan langkah Gavi mencari Gentala.
Dokumen yang sifatnya rahasia itu belum terbuka. Makanya Rina masih berani berada di depan layar. Dokumen rahasia biasanya tidak hanya memiliki 1 keamanan. Dan, Rina juga yang berinteraksi dengan pihak pasien terkait keamanan dokumen. Jadi, ia tau kapan harus undur diri.
"Kak Arasely, selanjutnya kakak masukkan kata sandi. Tapi sebelumnya, di sini ada sebuah pesan dari pihak yang berwenang. Silahkan, bisa kakak lihat dulu." Rina mengarahkan layar pada Ara.
"Namamu adalah mahkota dari mereka."
Gavi juga ikut membacanya. Jika Gavi langsung memikirkan maksud pesan itu, bedang dengan Ara. Ia justru menanyakan;
"Maksudnya pihak yang berwenang, siapa?"
"Pihak yang berwenang itu, dia yang berurusan dengan pasien dan dokumen ini. Identitasnya pun lolos verifikasi arsip ini." Terang Rina.
"Kakak tau orang itu siapa? Kakak pernah lihat?" Tanya Gavi.
"Saya berinteraksi dengannya, tapi mereka tidak memberikan identitas. Mereka juga tidak bisa saya kenali dari penampilan."
"Mereka? Maksudnya, dari pihak kesehatan khusus, lembaga, atau organisasi semacamnya?" Tebak Ara.
"Saya tidak tahu pasti. Kalau yang memindahkan pasien, saya hanya bertemunya 1 kali itu saja. Sedangkan yang bertanggung jawab atas pasien selama ini adalah pihak lain lagi yang identitasnya juga tidak saya ketahui." Jelas Rina.
"Pegawai lain tahu soal ini?"
Gavi refleks menoleh ke Ara. Ia tidak menduga Ara bertanya sejauh itu.
"Hanya saya selaku kepala arsip. Sifatnya yang sangat rahasia, menjadi tanggung jawab saya sebagai perantara dengan pihak pasien." Jawab Rina.
"Orang-orang itu laki-laki atau perempuan?" Kali ini Gavi yang bertanya.
"Baik yang mengurus pemindahan dan mengurus pasien selama ini, sepertinya mereka semua pria. Tampilan mereka tertutup, jadi saya juga tidak bisa pastikan."
"Satu hal lagi, saya juga sampaikan; bahwa kakak berhak tau informasi ini karena kakak termasuk orang yang terverifikasi." Imbuh Rina santun.
Sejenak termenung, Ara belum memikirkan kata sandinya, ia masih tidak menyangka ternyata Gentala sempat berada di sini. Rasa sesal terus menghantuinya. Benaknya terus menyalahkan diri sendiri.
Ara membuyarkan lamunan dan langsung mencoba memasukkan kata sandi. Lupakan pihak yang berwenang itu. Lupakan orang terverifikasi sebelum Ara. Terpenting sekarang adalah membuka dokumen ini.
"Ada yang bisa saya bantu lagi kak?"
Gavi melirik Ara dulu. Sepertinya Ara sudah tidak mau diganggu, jadi Gavi yang menjawab;
"Sudah kak. Tapi tidak apa-apa kalau kami di sini dulu?" Pintanya."Silahkan. Saya kembali 20 menit lagi. Dan saya ada di luar kalau kakak perlu, atau jika kakak sudah selesai dengan arsip ini. Saya permisi ya."
"Terima kasih kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...