🔹10🔹
Zheodrix.
.
.
Jika Ara ternyata saudara Mr. Jarvis, atau malahan anaknya, kan wajar kalau dia dekat dengan Zheodrix. Gimana, percaya ngga?Oke, kita balik aja dulu ke Zheodrix.
Jadi untuk sekarang, begitu singkatnya.
Lebih lanjut, ikutin aja alur kisah mereka.Setelah rapat kecil itu usai, mereka kembali bebas beraktifitas. Kini tersisa 3 inti, Ara, Ali, dan Adit yang masih pw di sekeliling meja kotak.
"Dit, lo tau gak persamaan lo sama babi?" Celetuk Ali tiba-tiba.
"Ali gombalin Adit?" Sahut Rizhan dengan muka lugunya pada Ali. Ternyata cowok pendiam itu juga masih ada. Tapi dari tadi silent. Ia asik duduk memeluk lutut sambil anteng makan kuaci.
"Nggak, gua ngepet Jan." Ketus Ali sarkas lalu berdecak ringan. "Nanya doang elah. Abis tanggung ini kwaci belom the end."
"Pertanyaan lo mencurigakan. Tapi yaudah, gua jawab aja. Kaga tau." Adit memilih ikut alur Ali.
Cowok absurd berambut gondrong itu mengangguk angguk santai. "Ohh.."
Setelahnya, hening. Rizhan jadi terpancing bersuara lagi. "Terus Al?" Tanyanya penasaran.
"Apa?" Ali malah tanya balik seakan ia tidak tau menau.
"Terus persamaan gua sama babi apa ege ih." Ketus Adit gemas.
"Lo.. mau banget disamain sama babi?" Tanya balik Ali dengan raut ragu sekaligus miris.
"Pfft.." Tawa Rizhan tertahan bekapan tangannya sendiri. "Njan ga ikutan ah." Ia lalu beranjak pergi dari area meja kotak. Terdengar juga gelak tawa Malik.
"Pasti bangSat bangga anak didiknya berhasil sebangsat elu Li." Tutur Malik disela tawanya. Apalagi Adit yang elus elus dada aja sembari memunguti kulit kuaci dengan muka tertekan.
Ali buru buru kabur sebelum mendapat serangan. Karna biasanya Adit tidak pernah mau kalah apalagi sama Ali. Pasti ujungnya selalu ada adegan tom and jerry.
"Ali."
Langkah Ali mendadak berhenti kala mendapat seruan tegas Eral. Ia berbalik dan mendapati tatapan dingin Eral melirik ke lantai.
"Hehe, maap bos, sengaja." Sambil berlutut meraup segunduk kulit kuaci di bawah meja.
"Bersihin tempat parkir." Titah Eral mutlak tanpa menoleh. Fokusnya ada pada ponsel.
"Hah?!" Ali melotot terkejut.
Yang tadinya enggan, kini Eral menoleh. "Sengaja?" Tatapan dinginnya membuat nyali Ali ciut.
Ali menggaruk tengkuknya. "Y-ya iya.. Abisnya, itu jajanan kesukaan mantan, jadi pen gue buang gitu aja bos," Cicitnya takut takut.
"Sekarang." Itu kata terakhir Eral sebelum beranjak ke dapur.
Kedua bahu Ali merosot turun. Ia melenggang gontai dari sana dan pasrah mendapat hukuman dari Eral. Kalau ia beralasan lagi pasti hukumannya makin ruwet.
"Pepaya mangga nanas. Ahaha, sukur loo..!!" Ejek Adit tertawa puas. Ali seakan langsung dapet karma. "Tau paketu kaya apa, malah macem macem. Sendal miring dikit aja, gatel tuh tangan pengen benerin."
"Diem lu! Bantuin gua!" Sinis Ali
"Ogah lah! Tapi gua kasih bekel ko. Nih." Ia menjejali segenggam kulit kuaci ke telapak tangan Ali. Lalu pergi kegirangan mendahului Ali yang wajahnya masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...