🔹45 🔹
Not a Surprise.
.
.8.00 malam.
Sebuah BMW I8 Roadster berhenti tepat di depan tangga pintu masuk gedung salah satu event venue tengah diadakan.
Tanpa mengurangi keelokan dan sisi elegan BMW dark grey itu, pintunya terbuka ke atas dengan gagah bagai sayap mengepak.
Karismanya merupakan kendaraan yang ke sekian kali menghampiri gedung itu dan menjadi salah satu aspek yang menambah keglamoran acara di bawah cerahnya langit malam.
Seorang laki laki keluar dari dalam sana. Tanpa berlama lama ia memutari sisi depan mobil untuk membukakan pintu dan mengulurkan tangan bagi seorang gadis yang datang bersamanya.
Namun realita tak sesuai ekspektasi. Niat ingin menambah kesan gentleman, tapi nyatanya gadis yang ia bawa sudah berdiri di sisi pintu mobil.
"Loh, ko udah keluar?" Herannya seraya memberikan kunci mobil pada valet parking.
"Lo dateng bareng manusia, bukan hamster." Santai gadis itu yang sudah tak aneh lagi jika mengenalnya.
Mereka berdiri sejajar di ujung tangga berlapis karpet merah. Lalu si lelaki mengasongkan lengan kirinya untuk digandeng.
"Tangan lo minta dipenggal?" Toleh Ara ke kanan dan tanpa beban mengatakan kalimat berkesan ancaman.
"Barusan kata lo juga kita dateng bareng kak, masa gak gandengan??" Sanggah Rei berlandas kalimat Ara dan berharap diterima.
Namun tak semudah itu alur Rei terwujud meski sekedar bergandengan.
"Lo anggep gue tunanetra?" Ketus Ara merasa terhina.
Rei menghela napas pelan. "Orang sabar rejekinya besar." Gumamnya berusaha lapang dada dengan senyum lebar dan raut cerah.
List cita cita Rei bertambah satu. Ia bertekad untuk menang ketika bicara atau debat dengan Ara.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...