🔹33.2🔹Cute Aggression

322 21 6
                                    

🔹33.2🔹
Cute Aggression

.
.
.

"Ko berenti?" Ara lalu beranjak untuk mengambil nampan berisi makanan pesanannya.

"Lanjutin dong, lagi rame kan?" Imbuhnya kembali bersitatap dengan Gavi yang terdiam. Ia lalu berjalan santai untuk keluar dari kantin.

Gavi masih bergeming menatap kepergian Ara. Ia tersadar saat Xander dengan mudah terlepas dari kuncian Gavi dengan sedikit sentakan.

"Bear mind that." (Ingat itu) Tegas Xander lalu melenggang keluar dari kantin melewati kerumunan dengan langkah ringan seakan tidak terjadi apa apa. Setelahnya lalu disusul Gavi, tapi ia pergi ke arah yang berbeda, tujuannya adalah Ara.

Dan baku hantam pun berhenti.

Para murid di sana dibuat ternganga berjamaah. Semudah itu baku hantam sengit berhenti. Tepat setelah Ara datang, setelah Gavi bersitatap dengan gadis tamu dari Laverta.

Itu.. hal yang susah dicerna. Mereka juga kesulitan menemukan kesimpulan lantaran tidak tahu masalah apa yang dua cowok itu ributkan. Suara gaduh para murid serta jarak aman mereka dengan baku hantam yang cukup jauh membuat tidak ada yang bisa mendengar perkataan keduanya.

"Harap tenang pemirsah semuanyah! Silahkan kembali ke alam masing masing. Anggap ini hiburan, ya. Mereka lagi.. akting! Iyah, drama action. Cia ciat duar! Gedebug! Bumm!!" Daffin memeragakan gerakan kungfu asal sembari berjalan mundur keluar dari kantin.

🔹🔐🔹

Seharusnya sekarang Gavi berada di Mars, lapangan basket outdoor Gemstone. Ia ada janji dengan kelas 12 yang kemarin sempat mengajak kelasnya tanding basket. Tapi nyatanya Ara lebih penting dari tanding basket. Dirinya bisa digantikan oleh yang lain, terlebih ada Xander yang juga jadi andalan kelas. Lagi pula lebih baik Gavi disini, ia sekalian mengungsi daripada bertemu Xander dan menghajarnya lagi.

Tilikan Gavi tak sedikitpun membiarkan Ara lepas dari pandangannya. Gavi terbawa ke area taman koperasi sekolah yang terbilang sepi. Dilihatnya Ara duduk di salah satu kursi di bawah naungan pohon rindang, serta tak lupa meletakkan nampannya ke meja. Langsung saja Gavi hampiri dan ikut duduk di hadapan Ara.

Seketika Gavi melupakan kejadian barusan, melupakan Xander, dan mengabaikan nyeri di beberapa bagian tubuh serta memar di wajahnya. Ia hanya ingin Ara.

Gavi itu khawatir, gemas, kangen, cemas, kesal, dan ingin marah juga gara gara tidak bisa menemukan Ara bahkan sampai lubang tomket.

Tapi disamping itu, peringatan Xander tersimpan dalam otaknya. Dan mengingat kondisi Ara kemarin, Gavi juga tidak mau ambil resiko membangunkan traumanya lagi dengan membahas itu. Jadi ia berusaha bersikap normal seperti biasa.

Tapi setidaknya Gavi tenang mengetahui Ara kembali jadi frozenhuman, tidak seperti kondisinya kemarin.

Belum ada suara antara mereka. Gavi masih menatap Ara yang sempat meliriknya sekilas lalu melahap makanan tanpa merasa terganggu.

Ara sendiri tidak minat bertanya keperluan Gavi atau membuka obrolan. Ia menyuap santai sepiring spagetinya. Gavi diam, ya Ara anteng. Ia biarkan selagi tidak mengganggunya.

Kejadian kemarin? Itu sudah beres. Tidak ada yang perlu dibahas. Dan Ara tidak punya urusan dengan Gavi. Lagi pula ia juga sudah kembali berbaur normal dalam melakukan rutinitasnya.

Disela perasaan Gavi yang campur aduk itu, ia mengamati wajah Ara, mencari fakta tentang kesehatan gadis itu saat ini.

Bola mata Ara hitam, sklera putih tidak kuning maupun merah, gestur tilikannya seperti biasa dengan mata tidak sayu dan tidak berkantung, serta wajah tidak pucat. Kesimpulannya Ara nampak sehat jika dilihat dari fisik.

QUEEN-ZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang