🔹40🔹
Kesepakatan
.
.
.Gemstone,
6.25 pagi.Sepertinya kedatangan Malik pagi ini ada yang menanti, sampai orang itu menunggu di tempat parkir.
"Ara dimana?"
Gavian. Ia bertanya demikian lantaran saat sorenya kembali ke rumah sakit dimana Ara ditangani, petugas rumah sakit tidak menyatakan ada pasien atas nama Ara atau nama apapun itu yang berkaitan dengan Ara maupun keluarganya. Padahal, jelas jelas Gavi yang mengawal Ara, bahkan ia lihat Ara memasuki Ruang Gawat Darurat.
Malik yang tengah merapihkan rambutnya sambil berkaca ke spion, ia hanya melirik sekilas Gavi lalu menjawab;
"Lagi semedi di pohon kelapa."
"Ara dibawa ke RS mana?" Ulang Gavi menegaskan.
Malik tidak langsung menyahut. Ia pastikan dulu helmnya bertengger aman, lalu turun dari motor dan melenggang menyusuri parkiran menuju kelasnya diikuti Gavi di sebelahnya.
"Kata Xander kan lo yang kemaren ngawal Ara. Lo bawa dia sampe RS kan? Ga kelebihan nyampe KUA kan??"
"Gausah belaga gatau."
"Ya gua bukan Tuhan Yang Maha Tahu, atuh Gapian.. Coba tanya Kael, dia sembunyiin kali di part lain." Tuturnya tak peduli.
Di pertigaan koridor, perjalanan mereka bertambah satu orang yang juga Malik lah menjadi sasarannya.
"Gibran. Gue mau ketemu Ara."
"Aiihh..!! Pake segala nambah lagi satu! 50 yang kaya gini gua metong deh beneran. Otw pesen bendera putih nih gua." Keluhnya frustasi.
"Ara dimana?"
Malik menggaruk kepalanya lalu memutuskan berhenti sebentar untuk menjawab Sherly.
"Tuli (ratu buli), gue manager bukan, asisten bukan, bodyguard juga ya apalagi lah. Ogah gue jadi baby sister barbie pencabut nyawa!" Kesalnya tak ragu menyebut Ara seperti itu. Selain dikenal tukang lawak, lagian tidak akan ada yang mengira kata katanya bukan lelucon.
"Gue butuh ngobrol sama Ara." Keukeuh Sherly.
Malik mendengus sinis. "Lo buka kedai ginjal dulu sono! Dijamin Ara yang nyamperin. Udah ah bubar! Ngantri apaan sih? Gua ga buka sembako gratis." Usirnya lalu melanjutkan jalannya.
Sebelum mendapat jawaban, Sherly masih mengintili Malik dari sisi kanan. Begitupun Gavi di sisi kiri Malik.
"Gue disuruh Ara lewat pintu belakang sekolah. Dan disana ada elo. Lo jelas terlibat." Tutur gadis itu beralibi.
"Dan Xander bilang Ara yang kasih amanat buat bawa gua kesana nolong Ara. Kalian pasti tau Ara dimana." Imbuh Gavi.
"Ya emang terlibat. Gua sama Xander kan bestinya Ara, jadi pas dia liat lo dicolong penculik, dia mintolnya ke gua ama Xander."
"Tindakan Ara akurat. Ini kaya udah direncanain. Sampai suara sirine pun setepat itu."
"Itu namanya cerdas. Ara kan titisan Einstein cabang negara Mixue."
"Ara sengaja celaka buat Sherly. Bener?"
Ucapan Gavian kali ini membuat Malik berhenti lagi. Bukan karena terdesak, tapi ia makin kesal dan tak tahan ingin memberi wejangan.
"Ngarang lo bagai di negeri dongeng! Kemaren ya jelas jelas kecelakaan lah. Kecelakaan itu musibah. Ga ada yang mau ketiban musibah apalagi sampe direncanain. Ara bukan orang sinting ai maneh!" Jelas Malik berkacak pinggang menghadap ke kiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...