🔹47🔹
Drama atau Nyata.
.
.Rubicon hitam dengan gagahnya memasuki pelataran luas sebuah rumah megah. Mobil Jeep itu parkir bukan di tempat seharusnya, melainkan berhenti seenaknya di depan tangga pintu utama mansion.
Si pemilik keluar dari dalam mobil lalu kembali menutup pintu. Ia mengenakan kemeja putih lengan panjang yang digulung hingga sikut, dan celana jeans warna coklat muda. Rautnya begitu fokus seakan tertuju pada satu hal yang membuatnya sedikit buru buru.
Seraya menaiki tangga yang cukup banyak dan terbentang lebar, ia masukkan kunci mobil ke dalam saku celananya.
Kali ini, ia tidak datang secara diam diam. Ia terang terangan masuk ke mansion ini tanpa peduli di dalam sana ada objek yang menjadi pengancamnya atau tidak.
Seorang maid yang kebetulan tengah lewat di sekitar pintu utama, langkahnya seketika berhenti dan terdiam dengan mata mengerjap kaku.
Ia terkejut melihat siapa yang baru saja memasuki rumah. Gavian Algia, putra tunggal majikannya yang keberadaannya di mansion itu sangat langka, terlebih datang secara sengaja seperti ini.
Sadar dari lamunan, iapun segera menyusul tuan mudanya untuk menawarkan bantuan. Ia ikut berjalan membuntuti Gavian dari samping.
"Saya antar ya Tuan?" Tawar wanita itu sopan.
"Kenapa saya perlu diantar?" Heran Gavi setengah menoleh ke samping.
"Hehe, takutnya Tuan Gia lupa sama denah rumah ini." Sungkan maid itu tidak ragu bergurau.
"Engga. Saya ga akan nyasar." Sahut Gavi seraya kembali memandang lurus ke depan.
Para pelayan tentu tidak ikut campur dengan urusan keluarga Praza. Namun meski sangat jarang bertemu, bagi mereka yang pernah berinteraksi dengan Gavian, putra Praza itu dikenal cukup ramah. Asal tidak berurusan dengan geng Kellen, Gavi akan bersikap baik. Itu saja kuncinya.
"Oh iya, Ara dimana bu?" Toleh Gavi lagi.
"Ara siapa ya Tuan? Maid baru?" Polos maid itu bertanya balik.
Langkah Gavi berhenti, lalu tubuhnya berbalik menghadap maid di dekatnya itu. Ia sejenak berpikir mencari pertanyaan yang tepat. Ia lupa bahwa para maid belum tentu tau siapa tamu yang datang ke mansion itu. Lagipula baru kali ini Ara datang ke kediaman Praza.
"Malam ini ada tamu atau orang asing ga bu?" Tanya Gavi mengganti kalimatnya.
"Ohh, ada. Itu ta-"
"Dimana?"
"Tadi sih saya liat makan malem baru aja siap. Jadi kayanya sekarang-"
Ia yang sedang menjelaskan sambil menunjuk arah meja makan, ucapannya terpotong karena saat kembali menoleh dan mendongak, ia tidak menemukan orang yang diajak bicara. Gavian meleos pergi begitu saja.
"Sekarang saya ngomong sendiri." Gumam maid itu kebingungan.
Tadinya Gavi ingin menemui Ara. Kalau tidak berada di rumah, ya di markas Zheodrix. Namun disana ia diberitahu kalau Ara sedang pergi ke rumah rekan bisnis barunya diantar Malik. Meski ia tidak tau pasti Ara benar berada di kediaman ayahnya, tapi Gavi cukup yakin 90 persen.
Sesampainya di meja makan, akhirnya ia menemukan Ara yang tengah menarik salah satu kursi untuk diduduki.
"Ara."
Mendengar namanya terpanggil, Ara menoleh dan memberi tundukan kecil sebagai tanda hormat untuk anggota Praza yang baru saja datang.
"Malam, Algia." Sapanya santun dengan seulas senyum tipis ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-ZA
Teen Fiction"So' mau ngehukum! Anda siapa?! Guru? Hakim? Aparat negara?!!" Sentakan menggema itu adalah peringatan dari Ara. Aura sekitar seketika mencekam membuat bulu kuduk meremang. "LEPASIN BANGS*T!!" Gavi meronta sekuat tenaga, tapi berkutik sedikitpun jug...