🔹12🔹Bukan Intel

656 30 4
                                    

🔹12🔹
Bukan Intel

.
.
.

"Gua ada laporan. Lo cuman main. Siapa yang harus pergi?" Alis tebal pemuda itu terangkat sebelah. Grei dibuat kalah telak, ia mendadak gugup.

"A-aku nggak main. Aku cari ini." Ia menyabet sebuah kaleng camilan. "Kaleng Konghguan asli bukan kw rengginang." Ucapnya mantap tak mau kalah.

Pemuda itu tertawa kecil, gadis asal Rusia ini emang random akut. "Abu freak."

"Udah udah, jangan temenan, berantem aja." Sela Fira sembari anteng menggeser layar laptopnya.

"Tante!" Sentak Grei kesal.

"Sopan, Grei." Manik pemuda itu menyorot tajam. Grei tak menghiraukan, ia berpaling angkuh dengan kaleng masih dipeluk erat.

Fira yang menonton itu tak kuasa menahan tawa lagi. Meski mereka saling kenal, tapi ini kali pertama mereka bersama di satu meja. Biasanya sharing mereka gantian. Dari sifat yang bertolak belakang, Fira sudah menduga pertengkaran mereka jika disatukan seperti ini.

"Sini sini, mending duduk. Jangan berantem terus, entar jadi suka loh." Fira hobi sekali mengusili, apalagi pada Grei. Wanita itu masih terkekeh.

"Amit amit ih." Grei bergidik. Masih mendumel tapi tak ayal duduk tenang.

"Awas jadi amin amin." Ada sahutan asal terdengar. Pemuda kalem itu emang mending diem aja daripada ngomong diluar narasi. Hehe.

"Asya mau minum apa?" Tawar Fira. Seperti biasa, lembut.

"Kaya biasa aja tante."

Fira beralih pada maid yang kebetulan sedang lewat di dekat mereka. Ia meminta tolong untuk dibawakan satu gelas minuman untuk Asya.

Keadaan kembali tenang. Mereka sama sama anteng. Apalagi Grei yang asik rebahan di sofa sembari bermusik di telinga sendiri dan tak lupa ngelonin kaleng merah.

Sampai minum datang, Asya meneguknya sebentar, baru ia siap mulai bicara.

"Beliau sudah aman tante."

Suasana hening sejenak. Usapan Fira pada touchpad seketika terhenti. Ia menutup laptopnya, ia simpan di meja, dan memberi atensi penuh pada Asya.

"Gimana, susah ya?" Penuturannya selalu terdengar lembut dan tenang, termasuk dalam mode serius.

"Akan terbilang sulit kalau tanpa bantuan tante."

"Bagaimana keadaannya?"

Asya mengulas senyum tipis hangat. "Beliau sosok lelaki yang kuat."

Ia mengungkapkan hal positif, sesuai harapan Fira. Tapi dalam manik damai Fira, ia juga sekaligus dilanda rasa gelisah. Tentu pandai ia tutupi itu.

"Seperti putrinya. Iya kan?" Seulas senyum mengiringi tebakannya. Asya mengangguk sekali, tatapannya sekilas teralih kebawah.

"Kamu sudah bertemu dia?" Tanya Fira lalu dijawab anggukan kecil. "Bagaimana?" Satu alisnya terangkat ingin tahu.

"Serem tante. Grei takut." Grei menyela tanpa menoleh membuat Fira tertawa kecil.

"Kamu bisa dekati dia, Grei. Sisi gelapnya memang bukan hal sepele yang bisa diremehin, tapi kamu tau dia itu sebenarnya baik. Di sekolah pun dia tampak biasa saja, kan?"

"Yaa.." Grei menggaruk keningnya, ia mengakui itu.

"Tante engga maksa. Tapi kalau kamu mau, ya dekati aja, kamu sampingkan dulu takutmu. Lagian dia tidak akan curiga. Justru terlalu beresiko kalau sampai Ara tau kamu menghindar."

QUEEN-ZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang