Part 61

2.4K 334 25
                                    

Hari dimana waktu yang telah ditentukan tiba, Lucy sejak pagi sudah berpesan pada ketiga anaknya jika dia harus pergi mengurus pekerjaannya, meninggalkan mereka bermain dengan Tina, epa Perkasa dan epa Sultan.

Seperti biasa, mana mungkin Lucy bisa langsung meninggalkan mereka tanpa drama. Karena kebiasaan mereka selalu bersama Lucy, atau jika tidak bersama, mereka tahu walau mereka pergi bermain di rumah, halaman, atau rumah epa di sebelah, mereka pasti bisa menemukan mami mereka di rumah atau mendengar suara mami mereka, jadi jika Lucy harus pergi sedikit lebih lama , dia harus minta ijin supaya tidak dicari dan membuat mereka melakukan paduan suara.

"Kalian bertiga tidak perlu menempel begini, bagaimana mami mau pergi kalau begini?"

"No!" kata Lucas diikuti dua yang lain.
"Semakin lama kalian menepel, maka semakin lama juga nanti mami perginya." Lucy memeluk ketiga anaknya, mencium kening mereka bergantian.

"Daripada kalian menempel begitu, lebih baik ikut epa." Perkasa sudah menduga, cicitnya tidak akan membiarkan Lucy pergi.

"Epa memang mau ke mana?" tanya Lucy.

"Mau pergi lihat ikan." Jawaban Perkasa membuat ketiga bayi lucu tersebut mengangkat kepala dari pelukan mami mereka, minta diturunkan dan dengan cepat merangkak ke arah Perkasa. Mereka pandai memilih, dari pada di tinggal di rumah, tentu saja mereka memilih jalan-jalan bersama epa.

"Drama." Kata Lucy melihat ketiganya sekarang sudah pindah menempel pada Perkasa.

"Cepat kamu pergi memainkan perananmu, jangan kalah dengan mereka bertiga." Kata Perkasa, walau dia mengatakan dengan tenang, tetap saja ada nada kuatir dalam suaranya.

"Grandpa tenang saja, mana mungkin cucu grandpa itu akan membiarkanku terluka." Perkataan Lucy membuat Perkasa tersenyum.

"Semoga sandiwara kali ini bisa menyadarkan mereka, membuat mereka tidak lagi mengganggu kita."

"Grandpa sudah melakukan yang terbaik untuk mereka, hanya saja mereka menganggap apa yang dilakukan grandpa sudah kewajiban dan keharusan, tanpa berpikir apakah yang mereka lakukan sudah benar atau tidak."

"Andai otak para keponakanku itu ada seperempat saja otakmu atau Val, harusnya semua ini tidak akan terjadi." Kata Perkasa.

"Aku pergi bersiap dulu." kata Lucy.

"Mereka bertiga juga kelihatannya sudah tidak sabar untuk pergi." Perkasa berteriak memanggil Tina, untuk menyiapkan keperluan triplets, dan seperti biasa paduan suara memanggil Tina juga dilakukan oleh ketiga bayi yang tidak sampai sebulan lagi genap berusia satu tahun.

Lucy hanya bisa menggelengkan kepala melihat ulah ketiga anaknya yang selalu ada saja ulah mereka yang kadang mengesalkan tapi juga mengemaskan.

***

Lucy keluar dari D, tentu saja setelah dia mendapat pesan dari Val. Dia melangkah seperti biasa, hari ini dia diantar oleh supir dan ketika berdiri di depan pintu menunggu kedatangan supirnya, tiba-tiba sebuah mobil van berhenti, dua pria turun dan menariknya masuk ke dalam mobil. Kejadian itu tentu saja langsung dilihat oleh penjaga keamanan D, mereka berusaha untuk menahan mobil itu keluar dari lokasi D, tetapi mobil van tersebut terus melaju kencang, sehingga mereka hanya bisa mencatat nomor plat dan segera melapor pada bagian kantor.

Helen yang tidak tahu rencana itu, tentu saja langsung panik ketika dia mendapat laporan penculikan itu. Helen segera menghubungi Val untuk melaporkan, dan Val yang langsung memutus sambungan teleponnya, membuat Helen semakin kuatir.

Tentu saja apa yang terjadi di depan resto dan kepanikan yang terjadi dari staff resto diamati dan diperhatikan oleh Endang yang sejak sebelum kejadian sudah duduk di sana. Dia dengan sengaja memilih tempat yang bisa melihat ke bagian depan resto. Setelah memastikan rencananya berhasil, Endang segera mengirim pesan pada Danu dan Satria untuk mempersiapkan rencana berikutnya.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang