Part 5

3.1K 376 37
                                    

Val tahu pada akhirnya dia harus menghadapi para om, tante, dan sepupunya. Jika sebulan ini dia memang sangat sibuk mempelajari sistem dan operasional secara keseluruah dari H Group, serta membuat staff senior dari H Group bisa menerima cara kerjanya, maka sekarang waktunya dia menghadapi keluarga dari grandpa dan grandmanya.

Tentu saja untuk menghadapi mereka, Val sudah mempelajari latar belakang mereka dan merasa heran karena bisa dikatakan mereka semua bukan orang yang tidak mampu tetapi keserakahan pada harta kelihatannya membuat mereka lupa untuk merasa malu.

"Siapa yang harus kutemui pertama kali?" tanya Val pada Lee.

"Tuan Herman Hadinata, anak pertama dari kakak tuan Perkasa."

"Artinya aku harus memanggilnya om?"

Lee mengangguk, "Bisnisnya akhir-akhir ini mulai menurun, kedua putranya membantu di perusahaan tapi keduanya lebih ahli menjalani kehidupan mewah daripada menjalankan perusahaan. Putri bungsunya tidak berbeda dengan kedua kakaknya, dia akan bertunangan dengan putra bungsu dari keluarga Sulaiman."

"Tujuan menemuiku untuk mengantarkan undangan?"

Lee tertawa, "Tentu saja untuk meminta bantuan anda menyuntikkan dana di perusahaannya."

"Untuk biaya operasional ketiga anaknya atau untuk biaya pesta pertunangan?"

"Tuan Perkasa pasti akan tertawa jika mendengar perkataan anda ini."

"Tentu saja dia akan tertawa, mengingat akhirnya dia bisa bebas dari teror mereka."

"Kedua putranya belum menikah?"

"Sudah dan keduanya sudah bercerai. Sekarang yang sulung Edy Hadinata sedang dekat dengan janda dari Ramundus Kwan. Sedangkan yang kedua Malik, menjalin kekasih dengan seorang wanita penghibur bernama Emma."

Val diam, Lee hanya melihat atasannya sambil tersenyum, dari raut wajah atasannya, dia sudah tahu jika Herman tidak akan bisa mendapatkan keinginannya. Jika Perkasa dulu dengan terpaksa menolong karena hubungan keluarga, kelihatannya Val tidak akan melihat hubungan keluarga sebagai hal yang harus dipertimbangkan jika bantuan yang dia berikan disalahgunakan.

Lee membaca pesan yang baru dia terima lalu berkata, "Tuan Herman sudah tiba."

Valentino mengangguk, Lee langsung keluar untuk mempersilahkan Herman Hadinata masuk.

Valentino berdiri menyambut om Herman dan langsung mengajaknya duduk di sofa yang ada di ruang kerjanya.

"Maaf baru bisa menemui om sekarang, peralihan pekerjaan dari grandpa benar-benar menyita waktuku." Kata Valentino dengan bahasa Indonesia yang begitu lancar, orang mungkin akan berpikir karena dia lama di Canada maka bahasa Indonesianya tidak selancar bahasa Inggris yang lebih sering dia gunakan tapi tentu saja dia tidak melupakan asalnya, selain itu bagi Val, mempelajari bahasa asing bukan hal sulit, terbukti selain Indonesia dan Inggris, dia juga menguasai bahasa Korea, Jepang, China, Jerman dan Perancis, semua dia pelajari awalnya untuk kepentingan bisnis tetapi lama kelamaan dia menyukai dan akhirnya mempelajarinya lebih lanjut, tentu saja tanpa melupakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa awal yang dia pelajari saat dia mulai bisa berbicara.

"Om maklum, kamu pasti sangat sibuk apalagi om dengar om Perkasa langsung menyerahkan semua urusan H Group padamu tanpa merasa perlu mendampingimu."

"Begitulah, grandpa sudah lama ingin istirahat tapi dia merasa aku belum mampu, oleh karena itu begitu aku dianggap mampu olehnya, dia segera mengatakan akan pensiun dan menintaku mengurus sendiri semuanya."

"Apakah orang-orang senior di H Group mempersulitmu, katakan pada om, om akan membantumu. Setidaknya om mengenal beberapa dari mereka, dan kadang kami bertemu untuk bermain golf? Oh ya, apakah kamu menyukai golf, kapan-kapan kita main bersama."

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang