Part 37

2.6K 376 29
                                    

Lucy tertawa puas setelah papi dan maminya mengakhiri panggilan telepon dari om Danu.

"Hahahaha, mereka lupa apa yang mereka katakan waktu kita memberi kabar soal pernikahan ini?" kata Lucy.

"Kamu juga, saat itu mengapa melarang Val untuk berkenalan dengan mereka?" kata Dina.

"Mami tidak lihat bagaimana puasnya dia tertawa, dia sengaja tidak memperkenalkan Val untuk menunggu saat ini." kata Hendra.

"Walau percuma karena mereka tetap saja tidak akan mengingat apa yang telah mereka ucapkan dan telanjur membuat papi-mami sedih, tapi dengan begini mereka juga pasti tidak akan berani terlalu terang-terangan meminta bantuan kita nantinya."

"Kamu tahu gara-gara berita kalian, mami dan papi menjadi terkenal. Lihat saja, besok pagi saat para tetangga tahu kamu ada di rumah, mereka pasti akan datang kemari." kata Dina.

Apa yang dikatakan Dina memang benar, sejak Val dan Lucy muncul dalam berita saat peresmian Dandelion Jakarta dan Surabaya, semua orang yang mengenali Lucy langsung menghubungi keluarga ataupun Lucy. Baru semalam Lucy tiba di rumah orangtuanya, Dia pulang setelah pengambilan foto di Malang, Val semalam juga hanya mampir mengantarkan Lucy sebelum lanjut ke Surabaya dan terbang kembali ke Jakarta, karena ada pekerjaan yang harus dia tangani secara langsung, sedangkan Lucy diminta istirahat oleh Val sehari dulu sebelum ke Surabaya untuk mulai mengatur dan mengikuti perawatan persiapan pernikahan mereka tentunya.

"Kalau begitu hari ini aku tidak akan keluar rumah." Kata Lucy dengan santai sambil menggigit roti selai strawberry kesukaannya.

"Begitu lebih baik, istirahat. Mengingat berapa hari lalu kamu kurang istirahat. Besok perlu papi mengantarkanmu ke Surabaya?"

Lucy menggeleng, "Val mengirim supir untuk menjemputku. Mami yakin tidak mau menemaniku?"

"Mami baru mengajukan cuti minggu depan, tunggu mami cuti, mami susul kamu di Surabaya." Lucy tersenyum senang, "Papi juga ikut? Kalau tidak ikut, aku akan minta supir untuk menjemput mami." Dina tersenyum, tahu putrinya menggoda suaminya.

"Mana mungkin papi tega membiarkan mamimu berangkat dengan pria lain. Papi juga sudah mengajukan cuti dan sudah janjian dengan papi Perkasa untuk bertemu di Surabaya, melanjutkan permainan kami." jawaban Hendra membuat Lucy dan Dina tertawa. Hendra tidak akan membiarkan istri kesayangannya pergi sendiri selama dia bisa menemani, apalagi kali ini juga berhubungan dengan putri kesayangannya yang akan menikah.

"Jangan tertawa, kamu pikir setelah kamu menikah Val tidak akan seperti papimu?" Kata Dina.

"Tidak perlu menunggu menikah mam. Bilangnya saja suruh aku istirahat, tapi pagi-pagi sudah menelepon." Jawab Lucy.

"Dia menelepon pagi-pagi pasti ada tujuannya, dan papi tebak ada kaitan dengan kesehatanmu."

Lucy nyegir, "Dia menelepon untuk memastikan aku minum vitamin pagiku di bawah pengawasannya."

Dina menggeleng, "Dia menyayangimu tapi kamu suka sekali membantahnya."

Lucy melihat pada Hendra, "Bagaimana pi?"

Dina menatap tajam pada suaminya, yang langsung berkata, "Papi memilih tidak berkomentar."

Mereka bertiga tertawa bersama, bercanda dengan santai tetapi tetap membicarakan hal-hal yang berguna sudah menjadi kebiasaan mereka sejak Lucy mulai masuk ke dalam keluarga Hendra Permana.

***

"Siapa yang waktu itu mengatakan tidak mungkin?" tanya Susi.

"Ya, bahkan aku ingat dia menjuluki atasannya itu vampire." Sahut Lina.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang