Part 29

2.5K 384 38
                                    

"Mengapa menginap semalam di Surabaya dan tidak di H hotel?"

"Pertama untuk mempersiapkan diri, kedua ini urusan pribadi dan ketiga  kamu pasti tidak ingin menjadi topik pembicaraan group."

"Maksudmu anggota group itu juga ada dari H Group Surabaya?"

"Menurutmu?"

"Mengerikan." Jawaban Lucy membuat Val tertawa.

"Besok pagi setelah sarapan, kita langsung ke Malang." Kata Val sambil menerima kunci mobil dari seseorang yang kelihatannya sudah dikenalnya.

"Dari mana kamu mendapat pinjaman mobil, dan tadi siapa?"

"Lee yang mengaturnya, karena ini urusan pribadi maka aku tidak minta pihak H Group untuk menjemputku."

"Bagaimana dengan grandpa?"

"Tenang saja, Lee sudah mengaturnya dengan om Sultan."

Lucy masuk ke dalam mobil dan tidak lagi bertanya, karena jika Lee yang mengaturnya maka dipastikan bertanya pada Val juga tidak akan mendapat jawaban.

"Besok jam 7 atau 8 dari hotel?"

"Jam 8 saja. Bagaimana jika sekarang kita mencari makan malam sebelum ke hotel."

Lucy tertawa, "Aku baru mau menyarankannya."

"Kamu lebih lama tinggal di sini, kuserahkan pilihan makan malam kita padamu." kata Val mengikuti tawa Lucy yang selalu bisa menular padanya.

"Bagaimana dengan bebek pak Slamet?"

"Boleh dicoba, mengapa bukan bebek Sinjai?"

"Jika itu lebih enak makan di tempatnya langsung daripada di cabang."

"Siap, tunjukkan arahnya."

Lucy tertawa, dia memilih lokasi depot yang dekat dengan hotel, supaya tidak menghabiskan waktu dalam kepadatan jalan di akhir pekan tentunya.

Val senang, pilihan Lucy cocok dengan seleranya. Dia bukan penggemar pedas tapi bukan berarti dia tidak bisa makan pedas, dengan banyaknya pilihan sambel yang tersedia, Val bisa menikmati makanannya, bahkan menambah porsi lauk.

"Apakah kamu memesan sarapan di hotel?" tanya Lucy ketika Val selesai memarkirkan mobilnya di tempat parkir hotel.

"Tenang saja, aku tahu kamu pasti ingin mencari sarapan di luar hotel karena kamu pasti sudah bosan melihat menu-menu hotel."

Lucy mengangguk sambil tersenyum, "Pengertian sekali. Kalau begitu besok kita keluar hotel jam 7 saja, apakah terlalu pagi untukmu?"

Val turun dan memutari mobil, membuka pintu untuk Lucy sebelum menurunkan koper kecil mereka masing-masing. "Meragukanku bisa bangun pagi?"

"Siapa tahu kamu masih jet lag, penyesuaian jam di luar negeri dan di sini."

Val meraih tangan Lucy, menggandengnya sambil berjalan menuju lift, "Berapa bulan aku sudah berada di Indonesia, jika masih jet lag, aku harus memeriksakan diriku ke dokter."

Lucy tertawa, "Ke dokter jiwa?"

"Mau punya kekasih menderita penyakit jiwa?"

"Tergantung."

Val tertawa, "Tergantung apakah dia tampan, kaya, dan seorang ahli waris?"

Sekarang ganti Lucy yang tertawa, pembicaraan mereka terhenti karena tiba di lobby. Mengurus kartu kamar mereka dan tentu saja langsung menuju kamar masing-masing untuk beristirahat supaya besok pagi bisa bangun tepat waktu.

***

Hendra sejak pagi sudah bangun dan dengan alasan mencuci mobil dan membersihkan halaman, dia tetap berada di depan rumah, membuat Dina menggeleng dengan tingkah suaminya yang penasaran dan tidak sabar untuk bertemu putri kesayangannya dan tentu saja calon menantunya. Dina diam-diam mengambil foto dan mengirimkannya pada Lucy.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang