Part 6

2.9K 370 40
                                    

"Jadi?" tanya Lucy pada kedua orangtuanya saat mereka makan malam.

"Jadi kamu siap-siap saja, di sana kamu akan mendengar komentar mereka dan mendengar nama atau bahkan beberapa pria yang akan di kenalkan padamu." kata Dina.

"Mengapa mami dan papi tidak membantu membelaku? Apakah kalian juga ingin aku secepatnya menikah?" Lucy tahu, keberangkatannya ke Jakarta membuatnya menjadi topik pembicaraan di kalangan keluarga orangtuanya, terutama keluarga Permana. Mereka berpikir, seorang wanita muda tinggal sendiri dan bekerja di hotel bukanlah wanita baik-baik, untunglah perkataan mereka tidak mempengaruhi keputusan dan ijin dari orangtuanya yang juga memiliki pertimbangan lainnya.

"Melihatmu menikah tentu saja itu harapan kami, tapi dengan pria yang kamu sukai dan tentu saja harus bisa menggantikan kami untuk menjagamu. Selain itu kami pikir, tidak ada salahnya jika kamu menerima perkenalan pria-pria itu, siapa tahu ada yang bisa membuatmu jatuh cinta." Kata Hendra.

"Huh, papi sekarang saja bilangnya begitu, nanti jika aku benar-benar jatuh cinta yang ada papi akan memasang wajah dosen killer, duduk memandangnya tanpa berkedip selama satu atau dua jam." Kata Lucy diikuti tawa Dina.

"Mana mungkin papi melakukan hal konyol seperti itu. Yang benar, papi akan membuatnya mengerti bagaimana pentingnya kamu bagi papi dan mami."

"Oooohhhhh, so sweet sekali. Tapi terlepas dari apapun yang akan papi lakukan pada calonku nanti, yang terpenting adalah, bagaimana aku besok harus mengatasi mereka tanpa membuat mereka tersinggung?"

"Jangan bilang kamu tidak menduga akan masalah ini, kamu tidak mungkin mengatur kepulanganmu hari Senin pagi, jika bukan karena ingin segera terlepas dari mereka semua." Kata Dina.

"Mami memang paling mengerti aku, walau sebenarnya memang karena masalah pekerjaan tapi setiap kali pertemuan keluarga selama 2 tahun ini selalu membahas tentang pekerjaanku, maka aku lebih memilih segera pergi dari mereka."

"Minggu pagi kami akan mengantarkanmu ke Surabaya, sore baru kami kembali ke Malang. Apakah sudah mengatur hotel untuk menginap di Surabaya?" kata Hendra

Lucy mengangguk, "Hotel di dekat bandara, mengingat penerbanganku pagi sekali. Kalian tidak perlu menemaniku sampai sore, kalian juga harus beristirahat karena hari Senin juga harus kembali bekerja."

"Bilang saja kamu sudah memiliki rencana pergi dengan teman-temanmu." Kata Dina.

"Siapa?" tanya Hendra, pertanyaan yang membuat Dina dan Lucy tertawa, sifat protektif Hendra pada Lucy selalu membuat kedua wanita itu merasa lucu, apalagi Hendra tidak mengakui keprotektifannya itu.

"Susi dan Lina, kebetulan Lina datang dari Semarang, jadi kami bertiga akan bertemu. Jangan kuatir pi, hanya kami bertiga dan tidak akan sampai malam mengingat Susi memiliki anak balita. Selain itu aku juga belum ingin mengganti perhatianmu dengan perhatian dari pria lainnya."

Hendra dan Dina saling berpandangan, akhirnya Dina yang bertanya, "Apakah sampai sekarang kamu tidak ingin berpacaran karena kondisimu?"

Lucy tersenyum, "Tentu saja bukan, bukankah dokter Guntur mengatakan kondisiku sehat dan dia tidak melarangku berpacaran. Mami dan papi jangan berpikir yang tidak-tidak, aku benar-benar belum menemukan seorang pria yang bisa membuat hatiku bergetar apalagi sampai membuatku rela menghadapi dan melawan papi."

Hendra tertawa, "Lihat mam, niat buruk putri kita."

"Eh, jangan pikir mami akan dengan mudah menerima kekasihmu." Kata Dina.

"Kalau begitu besok jika ada yang mau mengenalkan atau menjodohkanku, aku minta mereka menghadapi mami dan papi dulu." jawaban Lucy membuat kedua orangtuanya langsung melotot, terjebak dengan perkataan mereka sendiri, tentu saja Lucy tertawa terbahak-bahak, melihat raut wajah kedua orangtuanya itu.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang