Part 14

2.6K 388 30
                                    

Lee sudah menunggu kedatangan Val, menyambutnya dengan senyum lebar.

"Senyummu terkesan mengejek." Kata Val sambil melangkah masuk ke ruangannya.

"Anda tenang saja, dia belum menikah, itu putri dari sahabatnya Helen yang bercerai dengan suaminya, mereka tinggal bersama, jadi wajar jika anak itu dekat dengannya."

Val melihat pada Lee, yang langsung paham, "Teguh Utama, bermain saham dan investasi sebagai pengasilannya. Cukup pandai dalam menjalin hubungan termasuk hubungan dengan wanita, suka pamer dan royal."

Val mengangguk, melihat nomor yang tertera di telepon genggamnya dan langsung mengangkatnya, "Halo."

"Halo, kami sudah menemukannya. Dia ada di Balikapan dan anggotaku sudah berhasil menemuinya untuk meminta waktunya bertemu dengan anda."

"Besok pagi saya akan terbang ke sana dan kita langsung menemuinya."

"Jika berkenan, berikan waktu penerbangan anda supaya saya bisa menyesuaikannya."

"Baik, segera saya beri kabar." Val menutup telepon Leo dan langsung berkata pada Lee, "Siapkan tiket tujuan Balikpapan, pesawat paling pagi, tunda semua pertemuan hari Senin pagi sampai setelah makan siang."

"Tiket pulang?"

"Periksa penerbangan paling malam dan paling pagi dari sana."

Lee mengangguk, dia tidak perlu bertanya apa tujuan Val ke Balikpapan, dari nada suaranya Lee sudah bisa menebak jika yang menelepon adalah orang yang diminta melakukan penyelidikan di Surabaya.

Val satu pesawat dengan Leo, begitu pesawat mendarat, orang Leo sudah menjemput mereka dan langsung mengantar mereka ke tujuan.

Sepanjang perjalanan Val merasa gelisah, akhirnya dia bisa bertemu dengan orang yang akan memberikannya informasi tentang teman kecilnya, tetapi ada rasa takut kehilangan wanita yang akhir-akhir ini selalu hadir dalam pikirannya.

Saat tiba di depan rumah Ibu Agnes pagi menjelang siang itu, dia langsung mengenali ibu yang berdiri di teras menunggu mereka.

Ibu itu tersenyum ketika melihat Val, "Putra?" tanyanya.

Val mengangguk, menyalami dan menunduk hormat pada ibu Agnes, salah satu pengasuh senior di panti tempat dia tinggal dulu.

"Tampan ganteng, jika bukan dia mengatakan kamu ingin menemui ibu, ibu tidak akan bisa langsung mengenalimu."

"Bagaimana kabar ibu? Apakah selama ini sehat?"

Agnes mengangguk, "Kita duduk dulu, dan katakan apa yang ingin kamu tanyakan sampai kamu meminta orang mencari keberadaan ibu."

"Ibu pasti tahu, saya ingin menyanyakan tentang apa."

"Tentang dia?"

"Ya, selama 17 tahun ini semua informasi mengatakan dia telah menjadi korban kebakaran saat itu, tapi minggu lalu saat saya bertemu dengan Ibu Maria, putrinya mengatakan jika yang meninggal anak bernama Putri yang baru masuk siang sebelum kejadian."

"Putri? Ibu ingat kamu selalu memanggilnya Putri dan dia memanggilmu Putra."

"Saya baru menyadari jika selama ini terlalu banyak yang saya tidak tahu tentang dia, apakah ibu bisa memberitahukannya pada saya tentang dia?"

"Kamu masih mencarinya?"

"Saya sudah berjanji untuk tetap bersamanya, tetapi saya terlambat."

Ibu Agnes tersenyum, matanya menatap jauh seakan-akan mengingat masa lalu sebelum berkata, "Suatu malam seorang anak muda mengantarkan bayi yang mungkin baru berumur satu minggu ke panti, dia mengatakan, jika dia menemukannya di tempat pembuangan sampah tidak jauh dari panti. Saat itu saya dan Maria baru akan pulang, melihat bayi perempuan kecil itu begitu cantik, kami memutuskan menerimanya, lalu memberinya nama Lucia."

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang