Part 49

2.3K 345 16
                                    

Dina dan Hendra langsung terbang ke Jakarta begitu mengetahui Lucy masuk rumah sakit, saat tiba Lucy dan Val menjelaskan apa yang akan mereka lakukan demi ketiga bayi dalam kandungan Lucy.

"Jika itu adalah yang terbaik, lakukan jangan kalian ragu." Kata Hendra.

"Kapan kalian akan berangkat?" tanya Dina.

"Jika semua urusan di sini selesai, besok malam kami akan langsung berangkat menggunakan private jet. Dokter Guntur dan dokter Linda akan menyertai perjalanan kami dan melakukan serah terima dengan dokter di sana sebelum kembali kemari."

Hendra mengelus kepala putrinya, "Kamu harus kuat dan percaya tidak ada yang tidak mungkin selama kalian berusaha." Lucy mengangguk, melebarkan kedua tangannya minta Hendra memeluknya.

Dua hari yang lalu, Val menjelaskan apa yang dia alami dan apa yang dikatakan dokter jantung kenalannya di Canada. Lucy bersedia melakukan perawatan di Canada, akhirnya Val melakukan teleconference antara tim dokter di Canada dan tim dokter di Indonesia dan mencapai satu kesepakatan. Tim dokter di Indonesia akan mempersiapkan kondisi Lucy untuk segera bisa terbang ke sana dan karena rasa ingin tahu mereka mengenai rencana penanganan Lucy, mereka meminta ijin untuk ikut. Direktur rumah sakit yang mengenal Perkasa dan Val, tentu saja mengijinkannya, dan setelah keputusan itu diambil, Lucy memberi kabar pada orangtuanya yang langsung terbang ke Jakarta.

"Kamu akan menemaninya?" tanya Hendra pada Val.

"Ya. Grandpa akan membantuku menjalankan perusahaan selama aku mengurus pengobatan Lucy di sana. Apakah papi dan mami mau ikut ke sana?"

Hendra menggeleng, "Kami percaya kamu akan menjaga Lucy dengan baik, melakukan yang terbaik untuknya dan anak-anakmu."

"Kamu mengajak kami, seperti kami memiliki visa untuk ke sana saja." kata Dina.

Lucy meraih tangan Dina, "Apakah nanti saat aku akan melahirkan, mami dan papi bisa datang menemaniku?"

Mana mungkin Dina dan Hendra menolak permintaan putri kesayangan mereka, "Pasti, kami pasti akan pergi menemanimu di sana." Kata Dina memeluk Lucy.

"Soal Visa mami dan papi tidak perlu kuatir, aku akan minta Lee untuk mengurusnya. Papi dan mami cukup menyiapkan berkas-berkasnya."

Hendra mengangguk, "Kami pasti akan menemanimu saat nanti kamu melahirkan."

Bagi Hendra dan Dina, menemani Lucy, putri kesayangan mereka melahirkan lebih penting dari pekerjaan mereka. Sejak awal, mereka sudah berpikir untuk menemani Lucy di Jakarta saat dia melahirkan sehingga tentu saja mereka sudah memutuskan untuk mengambil cuti panjang.

Lucy tersenyum, menghapus jejak airmatanya. "Jika tim dokter di sana saja memiliki keyakinan aku bisa mempertahankan ketiga bayi ini, maka aku juga tidak boleh ragu. Benar begitu calon papi?"

Val mengangguk, "Kita pasti bisa melewati hal ini dan kupastikan jika mereka lahir nanti, aku tidak akan mengijinkanmu hamil lagi." melihat senyum istrinya yang menghilang selama tiga hari ini, memberi Val kekuatan dan kepercayaan.

"Setuju, biaya melahirkanku terlalu mahal." Jawaban Lucy membuat mereka semua tersenyum.

"Untung aku sudah menabung selama 20 tahun ini." jawab Val mencoba untuk bercanda.

Hendra dan Dina tersenyum, mereka kuatir tapi mereka harus yakin supaya Val dan Lucy juga memiliki keyakinan. Mereka tahu kedatangan mereka untuk memberikan semangat dan dukungan jadi mereka tidak boleh membuat kedua pasangan muda kesayangan mereka melihat kekuatiran mereka.

***

Kondisi Herman membaik, tetapi serangan jantung yang dia alami membuat bagian kiri tubuhnya tidak dapat di gerakkan, tepatnya dia harus melakukan terapi untuk membuat sarafnya kembali berfungsi.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang