Part 59

2.3K 327 12
                                    

"Mana triplets?" tanya Helen ketika melihat Lucy datang tanpa membawa ketiga anaknya.

"Di rumah, bermain dengan grandpa. Grandpa baru tadi malam kembali, saat mereka sudah tidur. Jadi tadi setelah sarapan dan mandi, mereka minta di antar ke tempat 'Epa' menagih oleh-oleh dan tentu saja cerita."

"Baru kali ini aku dengar kakek buyut dipanggil 'Epa'. Terus om dan tante Permana di panggil apa?"

"Opa – Oma atau sekarang mereka manggilnya Pa-Ma."

Helen tertawa, "Cepat juga mereka bisa berbicara, bagaimana dengan berjalan?"

"Berdiri bisa tapi masih bertumpu jadi mereka berprinsip, kalau merangkak lebih cepat mengapa harus berjalan?" Jawaban Lucy membuat tawa Helen kembali meledak.

"Aku yakin itu katamu. Ana pasti kecewa, nanti dia kemari tidak bertemu ketiga adik gembulnya." Kata Helen setelah bisa menghentikan tawanya.

"Bagaimana jika Ana ikut aku hari ini? Bukankah besok ada acara di sini, daripada kamu membawanya kemari dan bermain sendiri di ruanganmu, mending dia bermain dengan mereka bertiga, ada banyak yang menjaganya di rumah. Selain itu malam ini kamu juga bisa pergi berkencan."

"Baru sekarang aku bertemu dengan atasan yang lebih suka anak buahnya berkencan daripada bekerja. Idemu boleh juga, nanti tanyakan Ana, jika dia mau dia boleh ikut denganmu supaya aku bisa berkencan dengan pekerjaanku, menyelesaikan proyek baru yang diberikanoleh  atasanku."

"Aku yakin Ana pasti mau." Kata Lucy.

"Oh ya, salah satu pengawas melaporkan padaku, ada tamu yang bertanya-tanya tentang dirimu." kata Helen membuat Lucy yang sedang memeriksa berkas yang sebelumnya diserahkan Helen padanya, mengangkat kepala.

"Siapa?"

Helen membuka catatannya, "Nona Susiana Purnomo, itu nama yang tertulis di data pemesanan tempat. Kata mereka, dia dulu sering datang bersama maminya nyonya Endang Lumadi, sekarang dia datang bersama teman-temannya. Dari nama maminya, aku rasa kamu pasti mengenalnya, hanya saja mengapa dia harus bertanya kapan saja kamu datang kemari, hari dan jam berapa."

"Dia sepupu Val. Katamu dia sering datang kemari, apakah setiap kali dia datang dia bertanya?"

"Tidak, baru kemarin. Karena itu mereka melaporkan padaku. Mereka juga merasa aneh, apalagi cara bertanya sangat mendesak dan dia dengan sengaja meninggalkan meja untuk menghampiri pelayan dan pengawas yang bertugas saat itu. Apakah ada masalah?"

Lucy menggeleng, "Aku tidak yakin, aku laporkan dulu saja pada mantan kekasihku."

"Kurasa kamu senang membuat mantanmu itu panik, apakah dia tidak lagi memberimu perhatian sejak ketiga bayi itu bisa memanggilnya?"

Lucy tertawa, "Aku berharap demikian, hanya saja karena mungkin hal ini berkaitan dengan masalah keluarga, maka aku harus melaporkannya walau harus mengambil resiko tidak diijinkan kemari sampai dia mengetahui masalahnya." Lucy mengambil telepon genggamnya dan mengirim pesan pada mantan kekasihnya.

***

"Halo sayang, kamu di mana sekarang?"

"Halo, aku di D."

"Kamu menyetir sendiri? Bersama anak-anak?"

"Ya dan tidak. Kalau kamu mau menjemputku atau mengirim orang untuk menjemputku, bolehkah menunggu Ana pulang sekolah karena dia akan ikut menginap di rumah? Aku janji tidak akan keluar dari ruangan Helen sampai kamu atau orang yang menjemputku datang."

Val menerima pesan Lucy bertepatan dia baru menyelesaikan pertemuannya. Dia langsung menelepon Lucy untuk memastikan, dari perkataan Lucy, Val yakin Lucy juga memiliki pemikiran yang sama, "Baiklah, aku akan menjemputmu sendiri jadi jika ada yang mengaku sebagai orang yang kusuruh menjemputmu, abaikan saja."

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang