Andai bisa berlari itu yang sudah dilakukan Lucy untuk menyambut kedatangan Hendra dan Dina. Perutnya semakin besar dan berat, membuat langkahnya terhambat, selain itu sejak seminggu yang lalu dia memang sudah tidak boleh terlalu banyak berjalan karena sesak napas yang dia alami. Waktu kelahirannya di majukan satu minggu, karena kondisi itu, juga karena itu Hendra dan Dina memajukan keberangkatan mereka secepat yang mereka bisa.
"Mengapa kamu membiarkan dia ikut menjemput?" Omel Hendra pada Val yang tiba dua hari yang lalu setelah menerima kabar Lucy mengalami sesak napas dan dokter minta proses kelahirannya di percepat.
"Aku tidak mengajaknya, dia menangis. Dia menangis, papi pasti bukan hanya menegurku tapi akan mengomeliku, jadi aku putuskan mengajaknya, jika memang dia ada apa-apa, aku tinggal memutar arah mobil ke rumah sakit." jawab Val yang memang terpaksa mengajak Lucy yang terus merengek padanya karena merasa bosan.
Lucy hanya tertawa, sudah biasa dengan perdebatan Val dan papinya, dia menoleh pada wanita muda yang berdiri dengan malu di belakang Dina.
"Hai Tina, akhirnya kita bertemu secara langsung." Kata Lucy, mereka bertemu saat wawancara, setelah itu sesekali kalau dia menghubungi orangtuanya, dia melihat Tina.
Tina menunduk malu, dia baru kali ini bertemu dengan calon majikannya, tapi bibinya yang menjadi pengasuh majikannya ini selalu bercerita jika calon majikannya sangat baik, tidak ingin merepotkan dan kali ini dia harus mencari pengasuh karena kondisi kesehatannya dan juga perintah suaminya yang tidak ingin istrinya kelelahan.
"Kapan kamu masuk rumah sakit?" tanya Dina.
"Lusa, boleh minta tolong jangan mengucapkan dua kata itu, mendengarnya membuatku takut." Jawab Lucy membuat Dina tertawa dan Tina tersenyum.
"Bilang saja kamu bosan mendengar dua kata itu."
"Tin, kalau kamu masih belum bisa menyesuaikan diri, santai saja. Istirahat dulu, pelan-pelan kamu pasti akan bisa menyesuaikan diri dengan perbedaan waktu." kata Lucy.
"Saya pasti bisa menyesuaikan diri dengan cepat, non." Jawab Tina dengan sopan.
"Jangan kuatir tidak bisa berkomunikasi di sini, lama-lama kamu pasti akan terbiasa." Tina diam, bagaimana Lucy bisa mengetahui kegalauannya.
"Jangan heran, majikanmu ini sangat bisa merasakan dan menebak dengan tepat." Kata Dina.
Tina tersipu, Lucy dan Dina tersenyum, "Ayo kita pulang, sebelum mereka berdua kembali mengomel dan sampai rumah tambah satu lagi." kata Lucy.
Val menghampiri istrinya, mengandeng atau lebih tepatnya membantu meringankan jalan Lucy. Tina sebenarnya juga merasa segan atau takut pada Val, tapi sekarang melihat pria yang memiliki tatapan dingin itu bersikap begitu kuatir dan sayang pada istrinya, membuat Tina berpikir jika apa yang dilihat di awal belum tentu menunjukkan kebenaran.
***
Dina, Hendra, Tina dan Perkasa menunggu di depan kamar operasi, Val ikut di dalam menemani istrinya. Satu setengah jam setelah pintu tertutup, pintu itu kembali terbuka dan Val keluar dengan tatapan bahagia, walau terlihat ada jejak air mata di wajahnya.
"Bagaimana?" tanya Hendra bersamaan dengan Perkasa.
"Mereka berempat selamat, yang putra persis aku dan kedua putri persis Lucy."
"Bagaimana dengan kondisi Lucy? Apakah operasinya sudah dimulai" Tanya Dina.
"Dokter Paul sedang melakukan melakukan persiapan, tadi timnya baru masuk setelah Lucy selesai menginisiasi ketiga bayinya dan dokter kandungan selesai menanganinya."
"Mami jangan kuatir, bukankah dokter Paul mengatakan jika operasi ini bukan operasi besar, hanya untuk memperbaiki beberapa saluran dan katup jantungnya." Kata Hendra.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You
PoesíaValentino Putra Hadinata, penerus tunggal H Group yang memberi kejutan pada semua orang jika Perkasa Hadinata memiliki keturunan, padahal saudara dan keluarga istrinya berpikir jika mereka yang akan mendapat warisan dari Perkasa. Mereka tidak menyan...