Part 8

3K 408 75
                                    

"Karena kamu Putra maka aku Putri, jadi panggil aku Putri sejak sekarang." Putra tertawa, teman kecilnya selalu menyenangkan, membuatnya tertawa dan membuatnya melalui hari-harinya dengan bahagia, disaat dia merasa terbuang.

"Mana ada orang memberi nama sendiri pada diri sendiri."

"Ada."

"Siapa?"

"Aku." Mereka berdua kembali tertawa, begitulah hari-hari yang mereka lalui. Sepulang sekolah Putra pasti akan mencari Putri yang pulang sekolah lebih awal darinya. Setelah itu mereka akan pergi ke kebun kecil di samping panti untuk memetik cabe, tomat, sayuran atau apa yang dibutuhkan oleh Ibu Agnes sebagai penanggung jawab dapur.

Suatu hari sepulang sekolah Putra terkejut karena Putri menariknya ke dapur, jam makan siang telah selesai, dapur juga sudah dibersihkan.

"Mengapa kita ke dapur?"

"Aku punya kejutan untukmu. Tutup matamu dan jangan mengintip sampai aku memintamu untuk membukanya."

"Jangan bercanda Putri, ibu Agnes akan marah jika kita mengotori dapurnya."

"Tenang saja, aku sudah meminta ijin padanya dan dia juga sudah mengijinkanku. Lagian aku juga sudah membersihkan dapur setelah aku menggunakannya tadi. Ayo tutup matamu, atau kejutanku tidak jadi kuberikan padamu."

Putra mengikuti perintah Putri, menutup matanya dan mempercayakan langkahnya pada teman kecilnya itu.

"Sekarang buka matamu." Kata Putri.

Putra membuka matanya dan di atas meja telah ada semangkuk mie, di sampingnya ada lilin bernyala yang biasa digunakan untuk mengusir lalat di meja saji.

"Selamat ulang tahun." teriak Putri membuat Putra terkejut. Dia telah melupakan ulang tahunnya karena tidak pernah merayakannya, tanggal lahir baginya hanya sebuah data pelengkap diri, Jeni dulu pernah merayakan ulang tahunnya tetapi suaminya mengacaukannya, kue tart yang dibelikan oleh Jeni dihancurkan, setelah itu dia tidak pernah merayakan ulang tahunnya lagi, bahkan melupakannya.

"Ayo, cepat buat keinginanmu dan tiup lilinnya." Suara Putri yang penuh semangat membuat Putra tersenyum, matanya berkaca-kaca, tapi dia melakukan apa yang di katakan oleh Putri.

"Aku ingin bersamamu selamanya." Kata Putra.

"Tidak bisa." Kata Putri.

"Mengapa tidak bisa?"

"Ini hari ulang tahunmu, harus meminta harapan yang berguna untukmu. Ulangi lagi dan jangan diucapkan, tidak bisa terkabul."

Putra tersenyum, Putri selalu mengemaskan dengan tingkahnya, entah darimana dia belajar soal mengajukan harapan saat ulang tahun, tapi apa yang dia lakukan untuk Putra telah membuat Putra selalu ingin bersamanya dan harapan yang tadi Putra ucapkan telah menjadi janjinya.

Putri bertepuk tangan saat putra meniup mati lilinnya, "Ayo di makan, aku memasaknya sendiri khusus untukmu."

"Ibu Anges mengijinkanmu menggunakan dapurnya?"

"Dia tidak tahan mendengar rengekan berhari-hariku, akhirnya tadi dia mengijinkannya dengan janji, merapikan sendiri dapur setelah aku selesai."

Putra makan mie yang hanya dilengkapi telor, sayur dan kuah bening, terkejut dengan rasa yang dirasakannya, membuat dia kembali memakannya.

"Bagaimana? Enak?"

"Sangat enak, Yakin ini kamu yang memasaknya sendiri."

"Huh, jika tidak percaya tanyakan sama ibu. Ini salah satu keahlianku, hanya saja ibu tidak mengijinkanku menyalakan kompor tanpa dia awasi, jadi aku tidak pernah memasakkannya untukmu, karena hari ini hari spesialmu, aku merayunya dan dia mengijinkannya. Jika kamu menyukainya, mulai hari ini setiap ulang tahunmu, aku akan membuatkannya untukmu, bagaimana?"

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang