Part 50

2.5K 337 12
                                    

"Ini rumah siapa?" Itulah pertanyaan yang diajukan Lucy ketika mobil memasuki sebuah gerbang berpangar tinggi dan melaju menyusuri jalan yang di kanan kiri di tumbuhi pohon tinggi, menuju sebuah rumah besar dengan model rumah modern. Dari luar terlihat bangunan itu hanya terdiri dari dua tingkat, pada kenyataannya bangunan itu terdiri dari 4 tingkat, dengan bagian bawah digunakan sebagai garasi dan tingkat keempat berada di bagian belakang bangunan.

"Rumah kita." Jawab Val.

"Rumah kita? Jangan bercanda? Jangan bilang kalau kamu baru membeli rumah ini karena aku akan menetap sementara di sini."

Val tertawa, "Ini rumah milikku yang diberikan oleh grandpa ketika aku masuk perguruan tinggi, atau lebih tepat lagi dia akan tinggal di sini jika dia datang kemari mengunjungiku. Aku sendiri lebih memilih tinggal di penthouseku, kecuali aku ingin refreshing dari keramaian, aku akan menginap di sini."

"Jadi kamu ingin aku tinggal di rumah besar ini sendirian?"

"Tenang saja, ada pengurus rumah tangga dan pelayan yang bekerja di sini. Kamu tidak perlu mengurus mereka, nikmati saja istirahatmu di sini."

Val membawa Lucy berkeliling rumah, membuat Lucy berdecak kagum. Bukan karena desain dan penataan rumah yang begitu serasi tapi pencahayaan alami dari panel kaca ditambakan banyak pohon-pohon rindang di halaman yang luas membuat rumah itu seperti tempat peristirahatan. Halaman dilengkapi dengan kolam renang, lapangan tennis yang merangkap juga sebagai lapangan basket, area untuk barbeque dan jika Lucy tidak diberitahu jika itu adalah rumah tinggal, maka dia akan berpikir itu adalah sebuah villa.

"Kamu menyukainya?"

Lucy mengangguk, "Rumah ini benar-benar tenang dan nyaman. Tapi di mana para pelayan yang tadi menyambut dan dapur tadi kelihatannya bukan dapur sehari-hari yang di pergunakan."

"Tempat tinggal para pelayan dan dapur ada di bagian samping. Nanti setelah aku kembali ke Jakarta, nyonya Tunner dan satu pelayan akan pindah tinggal di dalam sini untuk menemanimu selain perawat yang merawatmu nanti. Kamu bisa menggunakan ruang kerjaku, untuk bekerja dan jika kamu ingin pergi berbelanja atau ke D Group, ada supir yang akan mengantarkanmu."

"Astaga Val, aku tidak pernah berpikir akan tinggal di rumah seperti ini, berpikir saja tidak pernah apalagi membayangkannya."

"Tidak perlu dipikir atau dibayangkan, cukup dinikmati. Ayo, kutunjukkan kamar kita."

Val mengajak Lucy naik ke lantai dua, dia menggunakan lift karena tidak ingin Lucy lelah naik tangga.

Kembali Lucy berdecak, "Pantas grandpa dijuluki raja property."

"Jangan katakan itu dihadapannya."

"Mengapa?"

"Kuatir kepalanya membesar dan pintu tidak akan cukup untuk dia lewati."

Lucy tertawa, melangkah ke ruang ganti, "Kapan kamu menyiapkan barang-barangku di sini?"

"Sewaktu kamu di rumah sakit. Aku memasang cctv di kamar ini yang khusus terhubung dengan tabletku, jadi saat aku di Jakarta aku masih bisa memantaumu."

"Termasuk di kamar mandi dan ruang ganti?"

Val mengangguk, "Apakah kamu tidak kuatir dituduh melanggar privasiku? Atau tidak kuatir rekaman aku mandi akan tersebar?"tanya Lucy.

Val tertawa, "Awalnya aku akan memasangnya tapi aku yakin kamu pasti akan menggunakannya untuk menggoda dan mengusiliku, jadi akhirnya aku batalkan."

Lucy tersenyum, "Bagaimana kamu bisa menebaknya?"

"Tidak sulit untuk melihat isi kepalamu dari tatapan matamu." Jawaban Val membuat Lucy tertawa.

"Sekarang bersihkan dirimu dan istirahatlah, sudah cukup berkeliling rumah hari ini, besok baru kita lanjutkan lagi."

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang