Part 4

2.9K 386 38
                                    

Jika hari sebelumnya Lucy yang lembur, hari ini giliran Helen karena harus menyelesaikan laporan divisi mereka.

"Aku akan pergi menjemput Ana." Kata Lucy.

"Ini akibat menertawakanmu kemarin." Kata Helen.

"Kupikir laporan divisimu sudah selesai, maka atasanmu bisa pulang tapi ternyata sebaliknya."

"Dia memerintahkan staffnya untuk mengerjakan tapi melihat dia pulang staffnya pikir besok pagi masih ada waktu, ternyata bahkan sebelum waktunya masuk kerja, pimpinan baru itu sudah memanggil untuk pertemuan dan celakanya, langsung menagih laporan yang baru kemarin siang dia tugaskan."

"Setidaknya bersyukur karena kita jadi bisa bergantian jadi kita tidak perlu memanggil pengasuh untuk menjemput dan menjaga Ana."

"Kamu benar. Belum satu minggu, mereka sudah memberinya julukan."

"Apa?"

"Vampire."

"Hahahaha, kalian jika memberi julukan benar-benar sadis. Beruntung dia tidak mencari sekretaris untuk membantunya, jika tidak bisa-bisa kamu terpilih dan menjadi korbannya."

"Betul sekali, untung dia membawa serta asisten zombie-nya. Sikapnya tidak beda dengan tuannya bahkan katanya langkahnya juga tidak terdengar."

"Memangnya dia jalan tanpa menginjak tanah? Bukannya itu kuntilanak?"

"Hush, kuntilanak itu cewek dan produk lokal."

Lucy tertawa ngakak, dia tahu rekan-rekan kerjanya selalu memberi julukan pada setiap orang yang menyebalkan, kelihatannya pimpinan baru mereka dan asistennya akan masuk dalam daftar itu.

Sudah seminggu pimpinan baru bertugas dan selain para manager yang tadi pagi dikumpulkan, belum ada dari mereka yang berinteraksi atau bertemu secara langsung. Lucy yang bertugas saat malam perayaan ulang tahun tuan Perkasa, hanya melihat sekilas penampilan cucu dan pewaris tunggal dari tuan Perkasa itu, itu juga karena Pat yang menariknya keluar, melihat secara langsung, tapi fokusnya bukan pada pria itu tapi pada kertas di tangannya dan suara yang mengajaknya berbicara dari earphone yang dia pakai jadi tentu saja dia hanya bisa mengatakan pria itu tampan dan memiliki wajah campuran yang lebih dominan dari wajah asianya.

"Sudah, sana pergi jemput Ana sebelum dia menunggu." Perkataan Helen menyadarkan Lucy dari pikirannya.

"Ok, aku pergi dulu." kata Lucy.

Helen melihat punggung sahabatnya, sahabat terbaiknya yang memberinya dukungan di saat dia benar-benar membutuhkan dukungan, bahkan mau membantunya menjaga putrinya. Helen bersyukur bertemu dengan Lucy saat hari pertama Lucy bekerja, dia sudah bekerja satu tahun lebih awal sebelum Lucy bergabung, pertemuan tidak sengaja di toilet ketika dia kedatangan tamu bulanannya dan dibantu oleh Lucy membuat mereka mulai saling bertukar nomor telepon dan akhirnya menjadi teman baik.

***

Perkasa masuk ke ruang kerja cucunya tanpa merasa perlu mengetuk pintu, dengan santai dia masuk dan duduk di sofa.

"Pantas saja kamu tidak mau menempati kantorku." Kata Perkasa sambil melihat ke sekeliling ruangan yang ditata dengan desain modern minimalis.

"Menempati kantormu membuat aku merasa sudah berusia 80 tahun." kata Val tanpa merasa perlu berdiri menghampiri grandpa yang pasti datang untuk mengganggunya.

Alasan sebenarnya Val tidak menggunakan kantor Perkasa adalah, dia paham Perkasa tidak akan bisa tidak bekerja, Val juga tahu selain H Group yang diwariskan padanya, Perkasa masih memiliki beberapa investasi pribadinya dan Val membiarkan hal itu sebagai kegiatan grandpa-nya supaya tidak bosan, mengingat sudah lebih dari 50 tahun dia bekerja, tentu tidak mudah langsung meminta orangtua itu pensiun dan tidak melakukan apapun.

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang