***
[Pewarnaan yang Anda berikan belum terlalu kuat. Tolong direvisi ya, deadline sampai dua hari ke depan.]
Mira mengernyit kening ketika menelaah isi surel dari klien tentang perbaikan desain. Padahal Mira ingin menghibur dirinya dengan mendengar lagu di AirBuds kesayangannya.
Loh, ini aku salah lihat apa gimana sih? Masa ada kesalahan?
Mira sampai mengucek kedua mata serta memperbaiki letak alat penglihatannya. Sebelum diserahkan pada klien, Mira bahkan memastikan terlebih dulu mana yang perlu diperbaiki. Bagaimana bisa klien tersebut bilang warna yang dia berikan pada desainnya tidak terlalu kuat?
Belum selesai masalah pertama, ada lagi masalah berikutnya yang makin membuat Mira berdecak kesal.
[ Content brief yang kami berikan sudah Anda baca nggak sih? Kalau sampai ada salah dalam desain, bisa-bisa performa konten kami juga menurun. Dan kami juga nggak bisa memercayakan Anda lagi.]
"Huft. Nggatekke dhasar (dasar tidak tahu diri)," umpat Mira di sela-sela membaca isi surel. "Padahal sebelum dikirim, aku sudah cek baik-baik loh. Mereka ini nyuruh aku buat ulang desainnya, dengan dalih bilangnya ada kesalahan?"
Merasa atmosfer sekitar tidak ramah padanya, dia mengambil kipas elektrik mini yang terletak di sudut meja. Cahaya lembut dari lampu di sekitarnya memantulkan bayangan pada tumpukan buku yang disusun rapi di sisi kiri meja. Pensil dan brush pen diletakkan secara tegak, menunggu untuk digunakan, begitu juga dengan stylus pen yang akan membantu Mira dalam merancang desain.
Mengingat komentar dari kedua kliennya yang menyatakan bahwa ada kesalahan dalam desainnya, Mira langsung membuka aplikasi gambar di tabletnya yang berukuran 10 inci. Layar cemerlang memancarkan warna-warna yang menarik, mengundang Mira untuk mengeksplorasi setiap detailnya. Tangan Mira menyentuh layar dengan lembut, mencoba menemukan kesalahan yang disebutkan oleh klien-klien tersebut.
"Cuma kesalahan kecil, mending nggak usahlah kerja revisiannya, biar belakangan aja," kata Mira enteng sambil mengalihkan pandangannya kepada surel yang bertumpuk di laptop miliknya.
Ada begitu banyak content brief serta hal-hal lain yang mendukung pembuatan konten. Sebagai seorang desainer konten, Mira telah terbiasa dengan berbagai komplain serta kritik, bahkan yang sekecil apa pun. Namun, di antara semua itu, kadang-kadang ada juga feedback positif yang membuat hatinya senang.
Tak terlupakan momen ketika salah satu klien menyukai hasil desainnya yang dipamerkan di feed Instagram-nya. Kepuasan klien tersebut membawa berkah baginya, dengan diikutsertakannya Mira dalam proyek-proyek selanjutnya. Mira bekerja sebagai freelancer serta remote worker, dan kesempatan kerja datang dari berbagai arah. Mira bisa menerima pekerjaan dari siapa saja yang membutuhkan jasanya.
Bekerja di dunia desain bukanlah hal yang mudah, tetapi Mira merasa beruntung karena bisa mengejar passion-nya dan berkreasi di bidang yang dicintainya. Kehidupannya mungkin tidak mengikat dengan perusahaan atau kantor, tetapi Mira merasa bahwa kebebasan dalam memilih proyek dan mitra bisnis adalah hal yang berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomansaBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...