***
"Kunci mobilnya?" Satu tangan Yudi tertadah, meminta anak buahnya untuk menyodorkan apa yang sudah mereka dapatkan. "Jangan lupa ponselnya dan barang lainnya. Berikan kepadaku. Semuanya bakal kuamankan."
Yudi yang tengah duduk di sebuah kursi yang terletak di dekat pintu keluar rumah, tampak menyebat sebatang rokok lalu menghembuskannya hingga asap mengudara di atas kepala. Kunci mobil lengkap dengan alarmnya berada di atas telapak tangannya. Spontan dia menggenggamnya.
"Bos. Apa Firman itu, benar-benar kalah dalam pertarungan yang bos lakukan padanya?" tanya salah satu anak buahnya yang berjarak jam 11 dari tempat Yudi duduk.
"Ya kamu bisa lihat sendiri, kerja keras dari si Matahari bagaimana. Dia sangat bagus dan mau ikut perintahku." Yudi menjawab tanpa menjelaskan secara gamblang. Yang menjadi penekanan adalah julukan yang dia berikan kepada anak buahnya.
"Barang penting lainnya gimana?" Yudi mengalihkan perhatian pada anak buah berperawakan tinggi kurus di samping kanannya.
"Mobilnya Firman sudah terparkir rapi di depan rumah," jawabnya singkat. "Dan tidak ada lagi barang-barang penting, selain kunci mobil, ponsel, serta dompetnya."
"Baiklah kalau begitu." Yudi menyatukan masing-masing jarinya dan menaruh dagu di atas kedua punggung tangan. "Untuk saat ini, kita jangan apa-apakan Firman. Aku ingin melakukan rencana awal, sebelum masuk ke rencana selanjutnya."
Senyuman miring khas Yudi terpatri. Dia berusaha memikirkan betapa hebatnya dia dapat memperdaya Firman dalam sekali ronde. Dia ingat malam itu pukulan di tengkuk Firman terdengar nyaring di telinganya, membuat Yudi makin senang dan merasa lega bahwa menaklukkan Firman tidak sesusah dugaannya. Meskipun di area paha, masih terasa sakit akibat tendangan Firman.
Kini dia tengah menunggu waktu, untuk memberikan pelajaran pada si lemah. Yudi berharap tidak perlu mengulur-ulur dan segera melakukan rencana selanjutnya.
Sementara itu di unit 20-6, Mira masih ada di sana. Pada pagi buta, Mira terbangun dan mendapati Lexi yang sudah pergi lebih dulu. Beruntunglah Lexi menuliskan catatan dan mengatakan bahwa dia tengah ada urusan pekerjaan yang harus diselesaikan.
Mengetahui hal itu, Mira tidak tinggal diam. Seakan menjadi rutinitas, Mira mulai mengumpulkan niat untuk membersihkan unit 20-6. Memungut sampah, menyedot debu-debu, serta merapikan remahan makanan di ruang utama. Itulah yang dilakukan Mira sekarang. Bahkan dia mencuci piring.
Di saat seperti ini, Mira terus berusaha memikirkan hal-hal positif. Dia yakin Firman baik-baik saja meski belum dapat kabar sama sekali.
Setelah menyelesaikan tugas membersihkan, Mira duduk di ruang utama untuk merilekskan diri. Setelah merasa cukup tenang, dia merogoh ponsel dari saku celana denim yang dikenakannya, lalu menelepon Lexi. Ponsel ditempelkannya ke telinga, menunggu dengan harapan agar Lexi segera mengangkat panggilannya. Namun, beberapa detik berlalu tanpa adanya respon dari Lexi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomanceBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...