***
"Mira?" Firman memanggil pelan. Tubuhnya mengarah ke sebelah kanan, terus menyebutkan nama istrinya. "Mira?"
Firman hanya menggunakan piyama biru gelap sementara Mira nyaris tak mengenakan apa-apa yang untungnya tertutupi oleh tank top tipis. Firman berkali-kali memanggil Mira namun Mira sendiri belum terbangun dari tidurnya.
"Kamu lagi mimpi indah sampai nggak mau bangun?" tebak Firman, masih berusaha berinteraksi dengan Mira. "Kamu nggak mau lupain apa yang kita perbuat semalam?"
Yang dimaksud Firman adalah berbuat hal seharusnya dilakukan sebagai suami istri. Firman berhasil meruntuhkan pertahanan yang selama ini Mira jaga dan untungnya memang ada gunanya Firman membeli 'pengaman' agar tidak terlalu kebablasan. Tentu keadaan pernikahannya tak ingin berubah begitu cepat, dia hanya ingin menumpahkan perasaannya saja melalui beberapa tindakan. Bahkan Firman juga tetap berusaha merekam semua momen indah dalam kepalanya.
Intinya sekarang, dia bisa membuktikan kewajiban yang telah dilakukannya. Hingga pagi pun, Firman masih terus tersenyum dan belum ingin menyudahinya.
"Pulas banget tidurnya," gumamnya kemudian mulai menggeser tubuhnya pelan lalu memeluk Mira dari belakang dengan sangat erat. Firman kini menjadikan Mira sebagai 'bantal guling'-nya.
"Kamu wangi. Aku suka menghidu kamu seperti ini." Firman mendekatkan wajahnya di sekitar rambut bagian belakang. "Nggak sia-sia kamu mandi lebih dulu sebelum permainan kita. Aku bahkan nggak expect loh kamu bakal lebih dari apa yang kuduga."
"Benarkah?" Tiba-tiba Mira bersuara namun sangat pelan terdengar. "Jadi semua yang kulakukan kepadamu malam tadi buat kamu puas?"
Firman spontan membuat pandangan dan menatap Mira dari samping. "Sejak kapan kamu bangun? Padahal aku sudah manggil-manggil kamu daritadi loh."
"Aku tuh dengar semuanya," jujur Mira sambil tertawa ringan.
"Semua? Berarti termasuk aku memuji kamu wangi barusan?" tanya Firman memastikan. Wajahnya sangat antusias bahkan senyuman kecil tetap terbit dari bibirnya.
"Iya dong." Mira membenarkan lalu tubuhnya berputar untuk menghadapkan wajahnya pada Firman. "Humm, nggak adil ini. Kamu udah duluan berpiyama sementara aku masih berantakan. Bahkan nih ya, kutebak kamu pasti udah cepat berbenah setelah yang kita lakukan semalam. Wajah kamu juga, bersih banget."
"Biar kamu bisa memandang wajahku sepuasnya, daripada aku kucel bukan?" ungkap Firman yang membuat Mira jadi tidak karuan. Tawa pelan dari Mira yang jadi balasannya kini.
"Man, kalau kamu nggak berbenah pun, kamu tetap ganteng. Aku akui itu." Mira mencuri kesempatan menangkup pipi Firman dengan kedua tangan, lalu segera menarik tubuh kekar itu kemudian mereka memposisikan diri untuk saling memeluk.
"Man, jika ini mimpi tolong jangan bangunkan aku. Aku nggak mau bangun lebih cepat. Aku ingin terus bersama kamu." Mira mempererat pelukannya bahkan menyembunyikan wajahnya di bagian dada Firman.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomanceBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...