***
Sehari setelah memotret pria yang diduga adalah Adit, Mira berusaha memastikan lagi kebenarannya kepada Lexi.
(Lex. Foto yang kukirimkan sama kamu, sudah kamu pertajam kan? Apa pria itu sungguh Adit? Atau pria yang cuma mirip Adit?)
Mira harapnya bukan pacarnya, itu yang harus dia tanamkan. Banyak pikiran membuat aktivitas kerja remote-nya jadi terbengkalai. Bahkan dia membiarkan semua brief atau masukan dari klien menumpuk di aplikasi perpesanan, tanpa dia buka sama sekali.
Kini Mira duduk di kursi putar seraya menunggu kabar dari Lexi. Beruntung tidak lama, ponselnya berdenting. Itu pesan dari Lexi. Dia langsung memajukan kursi putar miliknya, kemudian mendekatkan jarak ke meja kerjanya dan meraih benda petakan tersebut dengan cepat.
(Radar mulai menyala, Mir. Sepertinya Adit sudah menggunakan tasnya. Adit menuju suatu tempat, pokoknya beda tempatnya dari saat pertama melacaknya.)
Jadi Adit benar-benar berbohong tentang perjalanan dinas? Mira sungguh tak dapat mengendalikan kesabarannya. Terlebih lagi, foto hasil editan Lexi menunjukkan ciri-ciri yang merujuk pada Adit.
Alih-alih membalas, Mira langsung menekan kontak dan menelepon Lexi. Lama menunggu, akhirnya si penerima mengangkat.
"Gimana perkembangan, Lex? Adit ada di mana sebenarnya?" tanya Mira seperti mendesak sang sahabat untuk memberikan informasi yang sudah didapatkan.
" Tunggu, kamu harus sabar. Anak-anak juga sudah kukerahkan untuk mengintainya. "
Lexi menyulut emosi di seberang telepon, napasnya juga memburu ketika Mira mendengarnya. Si penelepon terdiam beberapa saat. Namun setelah itu, Lexi bersuara beberapa detik. Memberikan komunikasi kepada Mira.
" Mir. Sepertinya ... aku sudah mendapatkan info terbaru. Pokoknya ini ... sungguh di luar dugaan aku. "
Selanjutnya, suara bergetar sahabatnya memenuhi pendengaran Mira.
" Aku mohon setelah kamu mendengar ini, kendalikan emosimu. Kamu akan kaget bila mendengar ini. "
Mira terus mendengar tarikan napas Lexi. Dia menggigit bibir bawahnya, cemas akan sesuatu yang terjadi.
" Pacarmu sedang berduaan dengan wanita lain di sebuah kafe. Anak buahku sendiri melihatnya. "
Bola mata Mira membesar, giginya menggertak. "Jadi ... benar ..."
" Tolong kamu jangan gegabah ya, Mir. " Lexi memberikan saran. " Sebaiknya kamu ke tempat di mana Adit sedang berada di sana, lalu coba lihat dengan mata kepala kamu sendiri."
Mira tidak menjawab hanya termangu, entah apa dia masih bisa mendengar penjelasan dari Lexi di telepon atau justru sengaja tidak ingin mendengar apa pun.
" Mira. Pelacak yang aku pasang di tasnya itu nggak pernah salah. Adit benar-benar ada di sebuah kafe, bahkan foto yang dikirim anak buahku juga nggak salah. "
KAMU SEDANG MEMBACA
My Temporary Teacher
RomanceBerangkat dari keinginannya belajar digital marketing, membuat Mira mendesak Firman--sahabat lamanya-- untuk mengajari sesuatu padanya. Tanpa disangka, masa lalu Mira terkuak melalui perantara Firman yang sangat ingat betul kelakukan Mira di masa SM...